Ada banyak investor dan trader yang bermimpi untuk meninggalkan pekerjaannya saat ini untuk menjadi full time trader, alias trading for living. Orang-orang tersebut umumnya melihat potensi luar biasa yang ada di bursa saham, dimana setiap hari selalu ada saham yang naik harganya naik puluhan persen, dan mereka berpikir andai saja mereka punya skill dan waktu untuk mengambil ‘peluang’ tersebut. Maka mereka tidak harus pergi ke kantor setiap pagi, dimarah-marahi bos, dan menerima gaji yang ‘segitu-segitu saja’ setiap bulannya.
Hidup sebagai full time trader tentu terlihat menarik, karena kita hanya perlu duduk di depan komputer beberapa jam sehari untuk trading tanpa harus keluar rumah, kita juga bebas menentukan kapan hari libur, dan kapan hari kerja kita sendiri. Kita akan punya jauh lebih banyak waktu untuk keluarga, untuk olahraga, dan tentunya kita juga memiliki potensi mendapatkan penghasilan bulanan yang jauh lebih besar dari penghasilan sebagai pekerja kantoran.
Saya pernah bertemu dengan seorang trader yang memiliki rencana untuk meninggalkan kerjaannya untuk menjadi full time trader, dia mengatakan kalau memiliki strategi sangat sederhana dan ampuh, yaitu dengan mencari profit 2%/hari. Setelah mendapat 2% di hari tersebut dia akan tutup monitor dan menikmati hidup.
Dengan proyeksi sederhana dia menghitung dengan strategi tersebut di tahun pertama portfolionya akan bertumbuh 68%, dalam 2 tahun tumbuh sebesar 182% dan di tahun ketiga modal awalnya akan tumbuh sebesar 375%.
Pada awal tahun keempat penghasilan harian (2%) trader tersebut sudah 1 juta per hari, sudah cukup untuk hidup layak bersama istri dan keluarga.
Dan tentunya proyeksi itu dengan asumsi tidak ada dana tambahan lainnya yang dia kelola, dia juga percaya kalau sudah ada track record berhasil meningkatkan portfolio sebesar 375% dalam 3 tahun, maka investor akan berbondong-bondong menitipakan uangnya pada trader tersebut.
Semua itu bisa diperoleh hanya dengan mencari keuntungan 2% dalam 1 hari, dan setiap trader tahu ada puluhan saham yang naik 2% atau lebih dalam 1 hari.
Satu-satunya penghalang bagi trader tersebut untuk menjadi kaya raya dengan menjalankan rencana tersebut adalah: dia tidak memiliki cukup uang untuk hidup selama 3 tahun kedepan, sambil menunggu portfolionya tumbuh 375%, sampai keuntungan harian yang didapat bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.
(Sebagai catatan modal awal trader tersebut adalah 100 juta, dan dengan proyeksi profit 2% per hari dalam 3 tahun modal tersebut akan tumbuh menjadi 476 juta )
Saya percaya ada ratusan bahkan ribuan trader di Indonesia yang berpikiran kurang lebih sama dengan trader tersebut, dan merasa ‘kalau saja saya punya cukup modal’ maka mereka sudah meninggalkan pekerjaannya saat ini, dan menikmati hidup sebagai full time trader.
Namun pertanyaan terbesarnya, pernahkah anda berhasil menemukan seorang trader yang berhasil menerapkan strategi tersebut, kita tahu tidak sulit mendapat profit 2% di bursa saham, namun adakah trader yang secara konsisten bisa melakukan itu setiap hari.
Jika untuk profit konsisten 2% per hari itu mudah, maka harusnya kita akan menemukan ratusan bahkan ribuan trader yang sudah kaya raya dari trading saham saat ini. Namun kenyataannya kalau BEI mengundang investor untuk membawakan sesi “Success Story” investor yang diundang hampir selalu Lok Kheng Hong. Ironisnya Lok Kheng Hong adalah seorang investordan bukan trader.
Cerita saja, tahun lalu memang saya diminta untuk membawakan “Success Story” dalam acara Investival di Bandung yang diadakan oleh BEI. Namun alasannya sama sekali bukan karena bursa melihat saya berhasil menggandakan uang saya puluhan bahkan ratusan kali lipat seperti Lok Kheng Hong. Karena kalau ukuran “success” nya diukur dari profit yang diperoleh, saya tahu pasti ada seorang trader di Bandung yang secara konsisten memperoleh profit jauh lebih besar dari saya.
Saya diundang untuk menceritakan “Success Story” lebih karena keberanian saya untuk menjadi full time trader langsung setelah saya lulus kuliah, dan sebagai penghargaan karena saya besama team Creative Trader lainnya berhasil menciptakan metode analisa baru di luar analisa Technical dan Fundamental.
Lalu bagaimana dengan para pakar saham yang selama ini kita kenal, kita tahu dalam era sosial media seperti sekarang banyak sekali bermunculan ‘selebriti pasar modal’, mereka yang dipercaya atau terkadang meng-claim dirinya selalu berhasil memperoleh keuntungan besar di market. Apakah mereka pun tidak berhasil memperoleh keuntungan yang konsisten di pasar modal ?
Pernahkan anda meneliti dari ‘selebriti-selebriti’ tersebut berapa banyak dari mereka yang benar-benar menggantungkan penghasilannya hanya dari profit trading saham? Berapa banyak yang sudah meninggalkan pekerjaannya untuk menjadi full time trader ?
Kita sama-sama tahu kalau sebagian dari ‘selebriti pasar modal’ tersebut masih memiliki pekerjaan lain selain trading saham, ada yang bekerja sebagai broker atau analis di sekuritas (yang umumnya bahkan dilarang untuk trading dengan uangnya sendiri), ada juga yang bahkan pekerjaannya sama sekali tidak berhubungan dengan pasar modal. Ada yang sering meng-claim dirinya cuan besar di pasar modal tapi ujung-ujungnya menawarkan berlangganan stockpick bulanan.
Atau yang seperti saya, meskipun saya sudah trading selama hampir 10 tahun, namun sampai saat ini masih ‘rajin’ memberikan Workshop Bandarmologi dan Foreign Flow di berbagai kota.
Kedua informasi di atas tentu seperti bertolak belakang, di satu sisi kita semua tahu kalau mendapat profit 2% sehari seharusnya tidak susah-susah banget, namun pada kenyataannya sangat sulit untuk kita menemukan seorang trader yang benar-benar hidup bergatung dari profit trading saham.
Kenapa para pakar yang sepertinya sangat mahir dalam trading saham tersebut umumnya masih tetap menawarkan jasa stockpick, memberikan seminar, bahkan private class. Kenapa mereka tidak menggunakan seluruh energinya untuk trading saham, karena profit 2% sehari saja harusnya bisa membuat mereka kaya raya dan mendapat penghasilan jauh lebih besar daripada memberikan stockpick, atau layanan lainnya.
Saya memang tidak bisa menjawab alasan pakar-pakar saham lainnya, namun saya bisa menjawab alasan saya sendiri.
Kenapa saya sampai sekarang masih memberikan seminar, menulis di website, sampai memberikan ulasan dan rekomendasi secara gratis di LINE OFFICIAL selama market berjalan. Kenapa saya tidak meninggalkan semua itu dan menjadi full time trader.
Alasan pertama, karena saya memang tidak ingin ‘cepat kaya’, sejak kecil saya diajarkan untuk hidup hemat, orang tua saya berhasil menanamkan konsep, semakin sederhana hidup, semakin keren. Setelah dewasa saya mengenal sosok Warren Buffett, yang merupakan investor terkaya di dunia yang hidupnya sangat sederhana, jadi konsep tersebut justru semakin tertanam setelah saya trading saham.
Karena itu sejak saya kuliah sampai sekarang tidak ada banyak perubahan dalam gaya hidup saya, setiap hari saya ngantor masih pakai kaos oblong, celana pendek dan sendal jepit.
Saya tidak tertarik membeli mobil mewah, karena saya merasa lebih enak naik ‘taxi online’ daripada naik BMW. Saya tidak tertarik membeli jam tangan mewah, karena memang sejak kecil dulu saya tidak suka pakai jam tangan. Saya tidak suka rumah yang besar, karena saya orangnya ceroboh dan pelupa, semakin besar rumahnya semakin sulit saya mencari barang yang hilang. Jadi tidak ada dorongan yang besar dalam diri saya untuk memaksa diri saya untuk menjadi cepat kaya.
Alasan kedua, saya sangat percaya prinsip tabur-tuai. Orang yang banyak menuai adalah orang yang banyak menabur terlebih duhulu. Jadi karena saya tahu saya akan selalu butuh menuai uang, maka saya harus selalu menabur uang, dengan memberikan sebagian dari uang yang saya dapatkan setiap bulannya ke organisasi sosial dan keagamaan.
Saya tahu untuk bisa menemukan saham yang tepat, pengetahuan saya harus selalu bertambah, jadi saya butuh menuai pengetahuan, artinya saya juga harus menabur pengetahuan, itu sebabnya saya senang sekali dalam menulis artikel dan membagikan sebanyak mungkin yang saya tahu baik di website atau di seminar-seminar.
Namun terlepas dari kedua alasan tersebut, saya akan berbohong jika saya mengatakan tidak ada alasan financial sama sekali dibalik berbagai kesibukan saya menulis website, dan membuat seminar tersebut.
Karena meskipun saya tidak banyak membutuhkan uang, namun kenikmatan mendapatkan uang dan memiliki banyak uang tetap saya rasakan dan tidak pernah berakhir. Namun bagi saya dari sisi finansial ada manfaat yang lebih penting dari sekedar mendapat uang dari seminar, atau penjualan product lainnya. Manfaat ini diajarkan pada saya dari seorang trader sukses yang pernah saya temui beberapa tahun lalu di Jakarta.
Trader ini adalah seorang trader yang sukses, yang kesuksesannya sudah saya lihat dengan mata kepala saya sendiri, setiap kali dia profit besar di suatu saham yang dibelinya, dia akan menyisihkan sebagian keuntungan yang diperolehnya untuk memuaskan hobinya mengoleksi mobil mewah.
Jika anda menemukan satu mobil mewah dengan huruf plat belakang MRA, maka kemungkinan anda menemukan salah satu mobil yang dibeli oleh trader tersebut dari keuntungan membeli saham SMRA beberapa tahun yang lalu, dan dia memiliki begitu banyak mobil mewah.
Menariknya terlepas dari keuntungan yang begitu besar, dia masih menjalankan tokonya di Mangga Dua. Lebih dari setengah waktunya bahkan dihabiskan untuk mengurus toko tersebut, padahal dengan kasat mata saja saya bisa menilai kalau keuntungan yang dia peroleh dari toko tersebut tidak akan ada apa-apanya dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh dari trading saham.
Hal itu membuat saya sangat heran, melihat kesetiaan orang ini mengurus tokonya, sehingga saya bertanya kenapa dia masih mau mengurus toko tersebut, kenapa dia tidak fokus trading saham saja yang hasilnya jauh lebih besar.
Jawaban dari trader tersebut sangat mengagetkan dan merubah padangan saya mengenai trading dan invest di pasar modal.
Beliau mengatakan, toko ini bukanlah penghambat, namun justru merupakan kunci kesuksesan dia dalam trading saham, dia mengatakan meskipun dia punya pengalaman segudang dalam trading, namun sering kali dia gagal karena tidak kuat secara mental, seringkali meskipun sahamnya sudah benar, dan prediksinya benar, namun dia tidak sabar menunggu prediksi tersebut menjadi kenyataan.
Dan dia mengatakan tidak ada tekanan mental yang lebih besar dalam trading daripada sebuah Keharusan Untuk Untung Sekarang Juga. Dan jika kita mengantungkan hidup kita hanya dari profit trading saham, maka cepat atau lambat tekanan ini akan menghampiri kita.
Bayangkan rasanya jika anak anda sakit dan perlu dirawat di rumah sakit, dan untuk mendapatkan biayanya pengobatan, anda harus membeli satu saham yang memberikan keuntungan sebesar mungkin dan secepat mungkin supaya keuntungannya bisa untuk biaya rumah sakit.
Jika anda pernah merasakan trading dalam tekanan sebesar itu, anda pasti tahu kalau hasilnya hampir selalu rugi, tidak peduli sehebat apa anda, tekanan mental yang anda rasakan akan menghapus semua keahlian anda pada saat itu.
Jadi itulah alasan trader tersebut tetap menjalankan tokonya, karena dia memang menggantungkan kehidupannya dan keluarga dari pendapatan dari toko tersebut, karena pendapatan dari toko tersebut jauh lebih terprediksi daripada harga saham.
Jadi apa pun hasil tradingnya, kebutuhan ‘dapur’ sudah terjamin, hal itulah yang membuat dia menjadi jauh lebih tenang dan objective dalam trading. Keuntungan dari trading bisa dibelikan mobil baru, jalan-jalan ke luar negeri atau hadiah untuk istri, namun meskipun tading sedang rugi, kehidupan anak istri sudah terjamin.
Nasihat dari trader tersebut yang merubah sudut pandang saya, jujur dulu saya ‘gengsi’ untuk menjadi trader sekaligus trainer, karena saya tahu akan selalu ada orang yang mengritik saya dan mengatakan kalau saya benar-benar jago trading, kenapa harus jualan seminar.
Namun pada kenyataanya saya justru menjadi trader yang lebih baik setelah saya menjadi trainer, menurut saya itulah alasannya kenapa banyak trader yang sudah sukses sekalipun tetap mempertahankan usaha sampingannya. Karena adanya penghasilan tambahan tersebut justru membuat trading menjadi jauh lebih mudah.
Hal itu juga yang menyebabkan kenapa saya menemukan ada banyak orang yang kaya raya dan super sibuk karena memiliki banyak usaha di sektor riil, justru lebih sukses dalam trading saham daripada mereka yang memusatkan seluruh perhatiannya untuk mendapat cuan dari pasar modal.
Jadi pelajaran yang kita dapat, jika saat ini anda berpikir bahwa pekerjaan anda selama ini adalah penghalang anda untuk sukses dalam trading saham, maka hal tersebut belum tentu benar. Pekerjaan anda justru bisa dijadikan senjata ampuh untuk kesuksesan anda dalam trading atau berinvestasi di pasar modal.
Saya sudah menemui puluhan trader atau investor sukses, dan mayoritas adalah mereka yang memiliki ‘kerjaan sampingan’ dan bukan full time trader.
Sumber : https://www.creative-trader.com/tips-sukses-trading-saham-untuk-pegawai-kantoran/
No comments:
Post a Comment