modu Mil11

Sekolah Dagang Saham

Sekolah Dagang Saham

Analisa Teknikal Saham




Kenali Pasar Saham

Kenali Pasar Saham

Friday, September 28, 2018

Memilih dan Membeli Saham Ala Lo Kheng Hong

Pekerjaan Lo sebagai value investor adalah mencari saham “salah harga” di bursa. Ia menggunakan strategi yang sangat sederhana, yaitu beli paling murah secara valuasinya tetapi paling bagus prospeknya, setelah itu disimpan, menunggu sabar, hingga si bursa saham sadar bahwa saham itu terlalu murah dan naik ke harga seharusnya tertulis.

Menurut Lo Kheng Hong, investor haruslah mempunyai nafas dan daya tahan yang panjang untuk bermain sampai bertahun-tahun hingga menghasilkan keuntungan signifikan. Karenanya, ia sangat menyarankan untuk tidak memakai uang hutang, atau uang sehari-hari dalam berinvestasi.

Membeli saham pun tidak boleh seperti membeli kucing dalam karung, setiap investor haruslah mengetahui apa yang dia beli, dan membeli apa yang dia ketahui. Seringkali, saham yang dibeli seorang investor bukannya untung, tapi malah memberikan kerugian yang tidak sedikit, karena kurangnya pengetahuan investor tersebut akan apa yang dibelinya, karena itu Lo Kheng Hong pun mengungkapkan:

“Tuhan itu maha pengampun, tapi bursa saham tidak mengenal belas kasihan. Bursa saham tidak akan memberi ampun pada investor yang tidak mengenal apa yang dia beli”

Lo Kheng Hong memiliki beberapa prinsip dalam memilih saham perusahaan terbuka, berikut adalah beberapa Prinsip yang dianut oleh Lo Kheng Hong:

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial


#1 Perusahaan Harus Dikelola Manajemen yang Baik

Investor harus melihat manajemennya apakah dikelola orang yang jujur, profesional, berintegritas, dan dikagumi. Lo Kheng Hong memberi analogi bahwa melihat manajemen perusahaan haruslah seperti memilih orang pemerintahan, direksi dan komisarisnya harus bersih dan tidak boleh korupsi. Jika suatu perusahaan dikelola oleh manajemen yang korup, maka uang investor bisa habis tak bersisa dipakai untuk kepentingan pribadinya tanpa memikirkan kemajuan perusahaan.

#2 Perhatikan Prospek Perusahaan ke Depan

Investor harus memperhatikan usaha perusahaannya, seperti apa prospeknya? Akankah perusahaan ini bisa mempertahankan kinerjanya di masa depan? Untuk melihatnya, investor dapat melihat kembali ke kinerja masa lalu perusahaan hingga 10 tahun ke belakang.

#3 Cari Perusahaan yang Labanya Besar Melalui Rasio NPM dan ROE

NPM adalah Net Profit Margin, yaitu rasio Keuntungan bersih yang didapat dibandingkan dengan total penjualannya. Sementara ROE adalah Return to Equity, yang berarti rasio keuntungan bersih dibandingkan dengan kekayaan bersih perusahaan. Bagaimana cara melihatnya dan menghitung kedua rasio tersebut? Mari ambil contoh laporan keuangan berikut.

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial


Disclaimer: Laporan Keuangan disajikan hanya sebagai sarana edukasi. Finansialku tidak berafiliasi dengan pihak mana pun.

Di atas berikut adalah contoh Laporan keuangan dari PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) tbk. yang juga dikenal sebaga Telkom per akhir tahun 2016. Dari laporan tersebut diketahui:

  • Revenue / Total Penjualan sebesar Rp116,33 Triliun
  • Net Profit sebesar Rp29,71 Triliun
  • Total Aset sebesar Rp179,61 Triliun
  • Total Ekuitas / Kekayaan Bersih sebesar Rp 105,54 Triliun

Net Profit / Revenue = Net Profit Margin (NPM)

Rp29,17 / Rp116,33 = 25,07%

Dari perhitungan di atas, di dapat NPM dari PT Telkom sebesar 25,07%. Semakin tinggi NPM suatu perusahaan maka semakin efisien manajemen perusahaan tersebut dalam mengelola keuntungannya.

Net Profit / Total Ekuitas = Return On Equity (ROE)

Rp29,17 / Rp105,54 = 27,64%

Dari perhitungan di atas, di dapat ROE dari PT Telkom sebesar 27,64%. Ekuitas melambangkan kekayaan bersih sebuah perusahaan. Nilai Ekuitas merupakan jumlah Aset dikurangi oleh Liabilitas (Kewajiban). Semakin besar keuntungan suatu perusahaan dibandingkan dengan kekayaan bersihnya, maka semakin baik perusahaan itu untuk diinvestasikan.

#4 Pilih Perusahaan yang Labanya Terus Bertumbuh

Lo Kheng Hong juga menyarankan untuk memilih perusahaan yang memiliki pertumbuhan profit yang positif dari tahun ke tahun. Bila labanya terus bertumbuh, artinya perusahaan tersebut memiliki prospek dan daya saing di masa depan. Melengkapi poin sebelumnya, Lo Kheng Hong pun menegaskan:

“Kalau kita memiliki perusahaan yang untung besar dan labanya bertumbuh, kita seperti memiliki mesin pencetak uang”


#5 Cermati Valuasi PER dan PBV

Sebelum membahas mengenai PER dan PBV, ada baiknya kita ketahui EPS dan BV terlebih dahulu. EPS adalah Earning Per Share, yaitu jumlah Net Profit dibagi total lembar sahamnya. Sedangkan BV adalah Book Value, yaitu kekayaan bersih perusahaan (Ekuitas) dibagi total lembar sahamnya.

Diketahui PT. Telkom memiliki 100.799.996.400 lembar saham, maka perhitungan EPS dan BV-nya:

Net Profit / Jumlah Lembar Saham = Earning Per Share (EPS)

Rp29.172.000.000.000 / 100.799.996.400 lembar = Rp289,4 / lembar

Total Ekuitas / Jumlah Lembar Saham = Book Value per Share (BV)

Rp105.544.000.000.000 / 100.799.996.400 lembar = Rp1047,06 / lembar

Sehingga nilai EPS dari PT. Telkom sebesar Rp289,4 per lembar saham, dan nilai Book Value-nya sebesar Rp1047,06 per lembar saham

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial


Berikutnya baru mari kita bahas mengenai PER dan PBV. PER adalah Price Earning Ratio, yaitu rasio harga saham dibandingkan dengan Net Profit per lembar sahamnya (EPS). Sementara PBV adalah Price to Book Value, yaitu rasio harga saham dibandingkan kekayaan bersih per lembar sahamnya.

Diketahui harga saham PT. Telkom pada penutupan akhir tahun 2016 adalah sebesar Rp4.130 per lembar saham. Maka berikut perhitungan PER dan PBV-nya:

Harga Saham / Earning Per Share = Price Earning Ratio (PER)

Rp4.130 / Rp289,4 = 14,27x

Harga Saham / Book Value Per Share = Price to Book Value (PBV)

Rp4.130 / Rp1047,06 = 3,95x

Sehingga valuasi PER dari PT. Telkom sebesar 14,27x, dan valuasai PBV-nya sebesar 3,95x.

Perusahaan yang memiliki rasio PER semakin rendah, dianggap semakin bagus. Lo Kheng Hong sendiri menyarankan untuk membeli saham yang memiliki rasio PER sebesar 5x atau ke bawah. Secara umum, saham yang rasio PERnya sebesar 10x sudah dianggap murah. Sementara dari valuasi PBV, yang dianggap murah adalah yang PBV-nya kurang dari 1x. Bila rasio PBV lebih dari 1x, maka sahamnya dihargai lebih tinggi dari kekayaan bersihnya.

Untuk melihat suatu perusahaan murah atau mahal secara valuasinya, investor dapat membandingkan dengan kompetitornya. Belilah saham yang valuasinya masih murah (PER / PBV di bawah rata-rata sektor). Kesempatan emas untuk membeli saham bagus yang murah pun biasanya juga datang di tengah kondisi krisis.

Prestasi Kesuksesan Lo Kheng Hong

Di antara banyak kisah sukses berinvestasinya ada 2 saham yang tercatat memberinya keuntungan dalam jumlah yang fantastis, yaitu UNTR dan MBAI. Namun selain kedua saham itu, Lo Kheng Hong juga mempunyai banyak portofolio investasi yang juga mencetak keuntungan yang fantastis.

UNTR: Peluang Emas dari Krisis Finansial

Pada tahun 1998 terjadi krisis Finansial. Saat itu, nilai rupiah terjun bebas dari Rp2.300 per dolar AS (Oktober 1997) menjadi Rp15.000 per dolar AS (1998), menyulut inflasi hingga 78% dan banyak pengusaha yang terpuruk. Begitu pula dengan IHSG yang juga jatuh dari 740 (8 Juli 1997) menjadi 274 (29 Juli 1998), membuat investor saham kehilangan sekitar 63% dari nilai sahamnya.

Lo Kheng Hong pun pernah dikabarkan rugi besar dalam krisis finansial ini hingga asetnya tinggal sebesar 15% saja (rugi 85%). Pada waktu itu pun dia baru memutuskan berhenti bekerja dan fokus pada investasi saham di tahun 1996, sehingga boleh dikatakan dia tidak memiliki penghasilan apapun. Namun dia tetap membeli saham meski telah mengalami kerugian besar, karena di sinilah krisis finansial menawarkan peluang baginya untuk bangkit.

Saat itu banyak perusahaan terbuka yang harganya jatuh secara drastis. Sebagian besar saham harganya sudah tinggal puluhan rupiah. Namun berkebalikan dengan mayoritas investor yang panik, Lo Kheng Hong justru mencari saham bagus. Di antara saham-saham yang dibuang itu pun, terdapat saham bagus PT United Tractor Tbk (UNTR). UNTR adalah distributor utama alat-alat berat merek Komatsu di Indonesia.

Lo Kheng Hong membeli saham UNTR pada 1998 dengan seluruh modalnya, saat harganya Rp250 per saham sebanyak 6 juta lembar saham, yang berarti Modalnya saat itu sebesar Rp1,5 miliar seluruhnya diletakkan di saham UNTR saja. Dia menjualnya sekitar enam hingga delapan tahun kemudian pada harga rata-rata sebesar Rp15.000, dan menikmati keuntungan 5.900%. Dia memperoleh sebesar Rp90 miliar dari penjualan saham tersebut.

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial


Bagaimana Lo Kheng Hong menemukan UNTR? Apakah karena sekadar faktor keberuntungan, atau hasil dari sebuah analisis fundamental yang cerdas? Lo Kheng Hong pun juga menjelaskan alasannya membeli UNTR.

Total aset UNTR pada akhir 1998 adalah Rp3,8 triliun dengan jumlah saham beredar sebanyak 138 juta. Pada harga pasar Rp250 per saham, total kapitalisasi pasar UNTR hanya sebesar Rp34,5 miliar saja. Padahal selama 1998, pendapatan UNTR mencapai Rp3,6 triliun, dan laba usahanya adalah Rp1 triliun. Namun, akibat naiknya USD, UNTR menderita kerugian kurs Rp1,7 triliun. Ditambah beban bunga Rp0,4 triliun, maka UNTR menderita kerugian sebelum pajak Rp1,1 triliun.

Bagi Lo Kheng Hong, UNTR adalah perusahaan bagus karena secara operasional perusahaan ini masih membukukan laba yang sangat besar. Kalaupun ada kerugian, ini akibat kenaikan drastis nilai USD yang terjadi tidak setiap tahun. Jika kondisi ekonomi pulih, pasti harga saham UNTR akan meroket.

MBAI: Keuntungan Super dari Bisnis yang Sederhana

Mungkin bagi sebagian orang masih berpikir bahwa keuntungan Lo Kheng Hong pada saham UNTR hanyalah keberuntungan belaka, namun apakah benar demikian? Nyatanya, dia berhasil mengulangi kesuksesannya di saham lain. Hal ini terjadi ketika dia membeli Saham PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI).

Pada kesempatan kali ini, Lo Kheng Hong membeli saham MBAI pada tahun 2005 saat harganya Rp250 per saham sebanyak 6,2 juta lembar saham, yaitu sekitar 8,28% dari total kepemilikan, yang berarti modalnya saat itu sebesar Rp1,55 miliar. Dia menjualnya sekitar tahun 2011 pada harga rata-rata sebesar Rp31.500, dan menikmati keuntungan 12.500%. Dia memperoleh sebesar Rp195,8 miliar dari penjualan saham tersebut. Kepemilikan Lo Kheng Hong pun tercatat dalam laporan keuangan MBAI.

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial


PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk, merupakan perusahaan ternak ayam terbesar kedua di Indonesia (sekarang sudah merger dengan Japfa Comfeed). Jumlah saham MBAI yang beredar di 2006 mencapai 75 juta lembar. Jadi, nilai perusahaannya adalah Rp250 dikali 75 juta lembar, yaitu Rp18,75 miliar. Padahal laba yang dihasilkan MBAI sebesar Rp106 miliar.

Lo Kheng Hong berkata bahwa bisnis pakan ternak yang dipunyai MBAI ini sederhana dan tidak rumit. Namun justru kesederhanaan bisnis ini yang akhirnya bisa mengantarkan perusahaan yang bergerak dalam subsektor pakan ternak bisa meraup pertumbuhan laba tiap tahunnya. berikut laporan keuangannya.

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial


Tidak banyak investor yang mengetahui hal ini, sehingga tidak banyak yang beli, akibatnya harga MBAI terlalu murah. Perlahan tapi pasti, pasar pun mulai sadar akan nilai sebenarnya saham ini dan mulai mengereknya naik. Hasilnya, setelah Lo Kheng Hong menyimpannya selama 6 tahun, harganya naik menjadi Rp31.500 dan dia menjualnya di tahun 2011 serta memperoleh keuntungan sebesar 12.500%.

Kuncinya, dia memiliki kompetensi untuk menganalisis fundamental perusahaan serta berani mengambil risiko dengan membeli saham UNTR saat investor lain panik menjual saham mereka. Saat membeli saham MBAI pun, karena likuiditasnya yang minimum, banyak investor yang menghindarinya, namun dia berani membelinya.

Prestasi Portofolio Saham Lainnya

Berikut prestasi-prestasi saham yang dimiliki oleh Lo Kheng Hong selama berinvestasi saham.

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial

Disclaimer: Penyebutan merk / kode saham hanya sebagai sarana edukasi, bukan untuk rekomendasi saham atau sejenisnya.

Investor yang Bebas Finansial

Setelah sukses berinvestasi saham, Lo Kheng Hong menikmati hidupnya setiap hari. Dia duduk di taman rumahnya dan melakukan 3 hal, yaitu RTI: Reading, Thinking, dan Investing. Dia membaca 4 koran yang datang ke rumah setiap hari, laporan keuangan perusahaan dan data statistik pasar modal. Dia menggunakan sedikit uang dari investasi di Bursa Efek Indonesia untuk berkeliling dunia di 5 benua. Setidaknya 2 kali dalam setahun dia bepergian ke luar negeri.

Dalam menggambarkan hidupnya sekarang, Lo Kheng Hong menyebut dirinya sebagai orang yang bebas. Ada 5 hal yang tidak dipunyainya, namun dia tidak perlu iri karenanya. 5 hal tersebut adalah:

  1. Kantor, dia sudah tidak perlu datang ke kantor untuk bekerja dan mendapatkan uang.
  2. Pelanggan, dia sudah tidak perlu mencari pelanggan untuk mendapat komisi atas apapun.
  3. Karyawan, dia tidak perlu mencari karyawan karena bahkan tidak punya kantor. Lo Kheng Hong mengatakan bahwa dia hanya mempunyai seorang supir dan dua pembantu rumah tangga.
  4. Bos (Atasan). Karena tidak bekerja, dia juga tidak punya Bos.
  5. Utang. Seluruh aset yang dia masukkan pada portofolionya sama sekali bebas dari utang.

Sebagai seorang sleeping shareholder, Lo Kheng Hong mempunyai waktu luang yang banyak sekali. Dia dapat bekerja di taman dari jam 6 pagi hingga jam 12 malam untuk berinvestasi. Dia pun berkelakar, bahwa seluruh jajaran manajemen bekerja, beserta karyawan-karyawannya, digaji per bulan, namun yang berhak mendapat keuntungannya adalah dirinya yang merupakan Sleeping Shareholder.

Kini Lo Kheng Hong terus berusaha membagikan ilmunya dalam rangka menumbuhkan kesadaran banyak orang untuk berinvestasi. Dia seringkali berbagi dengan anak-anak, saudara, teman dan juga para mahasiswa dengan memberi kuliah umum di berbagai universitas, serta kepada para profesional di berbagai perusahaan publik tentang manfaat berinvestasi di bursa saham.

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial


Sukses Berinvestasi Saham

Cukup berbeda dengan Investor pada umumnya, Lo Kheng Hong termasuk investor yang sangat berani untuk berinvestasi, bahkan untuk membeli perusahaan yang merugi sekalipun. Syarat utama yang dipegang olehnya adalah bahwa manajemen perusahaannya harus bagus. Dengan memiliki perusahaan yang luar biasa, tinggal waktulah yang akan menjawabnya.

Bagi Anda yang ingin mengikuti kesuksesan Lo Kheng Hong dalam berinvestasi saham, dia pun menyarankan agar Anda banyak membaca dan mempelajari buku-buku saham dan strategi investasi. Anda pun disarankan banyak membaca laporan keuangan dan berita ekonomi baik makro maupun mikro secara berkala. Dan setelah Anda membeli saham yang perusahaan yang hebat, tinggal bersabar hingga harga sahamnya naik. Berikut kata Lo Kheng Hong mengenai kepasifan investor dalam berinvestasi:

“Ada saatnya ketika tidak mengerjakan apa pun merupakan suatu bentuk kecerdasan investasi. Ketidakaktifan adalah perilaku yang cerdas. Investor yang bijak dapat menghasilkan uang ketika dia tidur. Tidur adalah jalan untuk meraih kekayaan. Tidak bertindak adalah suatu tindakan yang bagus jika kita sudah memiliki saham perusahaan yang hebat.”

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial


Lo Kheng Hong adalah sosok yang terkenal di antara para investor dan trader saham yang mendapat julukan “Warren Buffet Indonesia”. Apa saja sepak terjangnya di dunia pasar modal? Bagaimana Lo Kheng Hong bisa sampai posisinya sekarang yang bebas finansial dengan berinvestasi saham? Mari kita simak kisahnya.

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial


Mengenal “Warren Buffet Indonesia”

“Warren Buffet Indonesia”, demikianlah julukan Lo Kheng Hong di bursa saham Indonesia. Julukan tersebut didapatkannya karena keberhasilannya di bursa saham dengan mempelajari strategi investasi ala Warren Buffet, dan juga seperti Warren Buffet, Lo Kheng Hong adalah orang yang sukses mencapai kebebasan keuangan (Financial Freedom) hanya dengan berinvestasi saham. Sama halnya seperti Warren Buffet, Lo Kheng Hong lebih memilih menjadi investor jangka panjang dibandingkan menjadi investor jangka pendek atau trader.

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial


Lo Kheng Hong adalah seorang value investor yang bisa dikatakan sukses. Bahkan di usianya yang sudah menginjak 58 tahun, dia masih aktif dalam berinvestasi saham dan tak terpikir sedikitpun olehnya untuk berhenti. Bahkan hingga pada tahun 2012 pun, ia diketahui memiliki aset berupa saham bernilai Rp2,5 triliun. Kisah keberhasilannya sebagai investor saham itu tentu bisa menjadi pembelajaran bagi orang lain yang ingin berinvestasi di saham.

Masa-Masa Awal Kehidupan

Lo Kheng Hong Lahir di Jakarta, 20 Februari 1959. Dia terlahir sebagai anak sulung dari 3 bersaudara di keluarga yang sederhana. Ayahnya berasal dari Pontianak yang merantau ke Jakarta. Pada masa-masa awal kehidupannya, ternyata Lo Kheng Hong tidaklah seberuntung kebanyakan orang. Keluarga tempat Lo Kheng Hong dibesarkan boleh terbilang pas-pasan atau bahkan kurang secara Ekonomi.

Rumah yang ditinggalinya dulu hanya berukuran 4×10 meter, tanpa plafon dan hanya ada atap dan temboknya dibuat dari papan. Rumahnya pun terletak setengah meter di bawah jalan raya dan selalu terkena banjir karena tidak mampu untuk renovasi rumah dan juga keterbatasan keuangan.

Mulai Bekerja di Bank Sambil Kuliah Malam

Pada tahun 1979, setelah lulus dari SMA, dia pun tidak bisa melanjutkan ke universitas, kecuali bila bekerja untuk membiayai kuliahnya sendiri. Dikarenakan hal tersebut, Lo Kheng Hong mencoba melamar kerja di Bank, dan akhirnya diterima sebagai pegawai tata usaha di PT Overseas Express Bank (OEB).

Sebagai pegawai tata usaha, tentunya Lo Kheng Hong tidak memiliki gaji yang besar, namun dengan gaji seadanya pun, dia mampu hidup berhemat hingga dapat memulai kuliah malam sambil tetap bekerja, hingga mampu untuk membiayai kuliahnya sendiri sampai lulus. Lo Kheng Hong masih ingat betul saat kuliah, uang pangkal masuk universitas saat itu hanya Rp50 ribu, dan uang kuliahnya per bulan hanya Rp10 ribu.

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial


Di tempat kerjanya sebagai pegawai tata usaha, Lo Kheng Hong sering mem-fotokopi surat-surat seperti BPKB, surat rumah, jaminan kredit, faktur, kwitansi dan surat-surat lainnya setiap harinya, sehingga akhirnya dia memahami sistem keuangan di bank. Dia pun setelah mendapat gaji, seringkali dihemat dan ditabung ke Deposito. Sayangnya setelah dia bekerja di Bank yang tidak melakukan ekspansi, sehingga setelah 11 tahun bekerja, pangkatnya masih utuh sebagai pegawai tata usaha dengan gaji apa adanya.

Mulai Mengenal Saham

Pada tahun 1989, Lo Kheng Hong mulai berkenalan dengan dunia investasi saham dan pasar modal. Dia memulai membeli saham pada usia 30 tahun. Jika dibandingkan Warren Buffett, Lo Kheng Hong bisa dibilang kalah umur, karena Warren Buffett memulai saham sejak umur 11 tahun. Modal investasinya pun terbatas dikarenakan saat itu masih bekerja sebagai pegawai tata usaha di bank, dan gajinya kecil.

Bagi Lo Kheng Hong, hal tersebut tidak menjadi masalah karena sejak awal niatnya bukan untuk menjadi persis seperti Warren Buffet. Lo Kheng Hong pun sangat disiplin dengan uangnya sehingga dapat hidup berhemat dan masih memiliki sisa gaji untuk dibelikan saham. Ini merupakan hal yang baru baginya karena dia sudah bekerja puluhan tahun tetapi dia tidak pernah naik gaji lantaran perusahaan tidak melakukan ekspansi signifikan.

Kelebihan Lo kheng Hong adalah dia mau hidup berhemat untuk berinvestasi. Uang dipunyai sedikit dia langsung belikan saham. Kalau orang lain memiliki uang untuk membeli barang konsumsi dahulu, maka dia tabungkan lebih dulu, hanya saja bentuknya saham.

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial


Pada waktu itu sebelumnya, dia tergiur membeli saham IPO karena Capital Gain saham IPO yang besar, dia contohkan waktu itu ada saham IPO yang dijual di harga Rp7.250, tidak lama kemudian naik sampai Rp35.000. Saham pertama yang dia beli pun adalah saham PT Gajah Surya Multi Finance saat IPO (Initial Public Offering atau Penawaran Umum Perdana). Lo Kheng Hong rela mengantri panjang untuk mendapatkan saham ini. Namun setelah listing bukannya naik, harga sahamnya malah turun dan Lo Kheng Hong terpaksa menjual rugi.

Hal itu ternyata tidak menyurutkan minat Lo Kheng Hong untuk tetap berinvestasi di saham. Dia tidak kapok dan justru tergerak untuk lebih rajin mempelajari investasi saham secara otodidak, dan banyak membaca buku-buku tentang prinsip dan strategi investasi Warren Buffet. Hingga kini, Lo Kheng Hong telah mengoleksi buku Warren Buffet hingga 40 buku atau lebih, yang mana bukunya sudah dibaca sampai 4- 5 kali.

Pindah Kerja Sambil Tetap Berinvestasi Saham

Pada tahun 1990, banyak Bank baru yang buka dan melakukan ekspansi. Lo Kheng Hong pun memutuskan pindah kerja. Dia diterima sebagai staf bagian pemasaran di Bank Ekonomi. Pada tahun ini pun Lo Kheng Hong mendapatkan kenaikan gaji yang signifikan, dari Rp300.000 per bulan menjadi Rp900.000 (naik 200%). Lo Kheng Hong aktif menggaet nasabah-nasabah lamanya ke Bank baru tersebut, dan setelah setahun bekerja, dia diangkat menjadi kepala cabang dengan kenaikan gaji yang lumayan.

Lo Kheng Hong tidak menjadi boros dengan kenaikan gaji yang diterimanya, dan hidupnya pun tetap hemat. Gaji yang diterimanya tetap disisihkan untuk membeli saham, hingga akhirnya pada tahun 1996, tepat 17 tahun dia bekerja, dia memutuskan untuk berhenti agar bisa fokus menjadi investor saham. Dia berani melakukan hal ini karena mendapatkan keuntungan lumayan dari hasil berinvestasi saham, dan dia sudah memiliki cukup pengalaman selama 7 tahun di bursa saham.

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial


Hidup Berhemat dalam Perencanaan Keuangan Ala Lo Kheng Hong

Dalam menjalani kesehariannya, sejak dahulu Lo Kheng Hong hidup sangat hemat sehingga masih memiliki dana untuk membeli saham. Dia hanya naik mobil butut Mitsubishi Minicab 700cc, yang harganya murah meriah. Prinsip yang dianutnya dalam memilih mobil yaitu: ”Beli mobil cukup yang seharga sepeda motor, yang penting jalannya maju”.

Jika tergoda membeli mobil bagus, maka seorang investor tidak akan punya cukup dana untuk berinvestasi saham. Lo Kheng Hong pun mengakui bagaimana tidak nikmatnya ia naik mobil yang dibelinya, Namun meskipun hidup kurang nikmat, Lo Kheng Hong sadar bahwa dia sedang menunda kenikmatan demi menggapai sesuatu yang besar pada masa depan. Dengan berlatih untuk menunda kenikmatan. Lama-kelamaan hal tersebut menjadi kebiasaan atau gaya hidup. Hal yang dapat dipelajari disini adalah, salah satu langkah penting untuk meraih kesuksesan keuangan adalah dengan belajar menikmati menunda kenikmatan.

Wejangan Lo Kheng Hong mengenai Investasi Saham

Lo Kheng Hong dikenal hampir mengalokasikan seluruh asetnya di pasar modal, dan hanya menyisakan sebesar 15% saja sebagai dana darurat. Mengapa Saham menjadi pilihan Lo Kheng Hong dalam berinvestasi saham? Sebelum membahas Kiat Analisa Fundamentalnya, mari kita pahami sudut pandangnya dalam berinvestasi saham.

Setidaknya ada 3 alasan yang disebutkan oleh Lo Kheng Hong, mengapa dia tertarik untuk berinvestasi saham di pasar modal:

  1. Pasar Modal memiliki nilai aset kekayaan yang nyata.
  2. Perusahaan terbuka di pasar modal menawarkan produk bagi keseharian masyarakat.
  3. Berinvestasi di pasar modal menjanjikan keuntungan yang besar.

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial


#1 Nilai Aset yang Nyata

Dilansir dari data yang dikeluarkan oleh LPS pada bulan September 2016, Uang masyarakat Indonesia yang tersimpan di Bank adalah sebesar kurang lebih Rp4.500 Triliun. Jumlah yang sangat besar. Namun Lo Kheng Hong membandingkannya dengan Kapitalisasi Pasar yang dimiliki oleh IHSG.

Menggunakan data penutupan perdagangan 21 April 2017, IHSG ditutup pada poin sebesar 5.664,47, yaitu naik sebesar 1,23%. Dengan kenaikan ini, maka Kapitalisasi pasar di IHSG adalah sebesar sekitar Rp6.162 Triliun. Di mana nilai seluruh saham yang ada di Bursa Efek Indonesia melebihi jumlah nilai uang masyarakat Indonesia yang tersimpan di Bank.

Tidak sampai di situ, Lo Kheng Hong pun membandingkannya lebih jauh dengan harga Apple Inc., sebuah perusahaan asal Amerika Serikat yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar di dunia, yaitu sebesar USD 750 Miliar, yang jika dirupiahkan dengan kurs Rp13.300 per 1 USD, maka nilai Apple mencapai Rp9.975 Triliun. Sebuah angka yang lebih besar dari IHSG untuk satu perusahaan, dan itu pun belum melihat perusahaan-perusahaan besar lainnya.

Dari fakta yang didapat itulah kemudian Lo Kheng Hong menyimpulkan:

“Harta karun kekayaan terbesar yang ada di dunia adanya di pasar modal, bukan di bawah laut. Nilainya nyata dan transparan. Sangat di sayangkan bila ada orang yang tidak mengenal pasar modal”

Dan Lo Kheng Hong sangat menyarankan masyarakat untuk menginvestasikan uangnya di pasar modal.

#2 Masyarakat Dikelilingi oleh Produk Perusahaan Publik

Alasan kedua yang membuat Lo Kheng Hong tertarik berinvestasi di pasar modal adalah bahwa perusahaan terbuka di pasar modal menawarkan produk bagi keseharian masyarakat. Secara sederhana, Lo Kheng Hong mengungkapkan bahwa setiap hari, mulai dari bangun pagi sampai tidur kita selalu berinteraksi dengan produk-produk dari perusahaan terbuka.

Mulai dari bangun pagi, seseorang pergi ke toilet dan menemukan kloset bermerk TOTO, lalu kemudian mandi menggunakan sikat gigi, sabun dan shampoo yang diproduksi UNVR (Unilever), makan pagi memasak mie buatan INDF (Indofood), atau sekedar menyantap kue buatan MYOR (Mayora) atau cemilan buatan AISA (Tiga Pilar Sejahtera Food). Ketika menyalakan TV, menonton saluran TV dari MNCN (Global TV, RCTI, MNC TV), SCMA (SCTV), VIVA (TvOne / ANTV).

Ketika mau berangkat kerja naik ke mobil, mobilnya dibeli dari ASII (Astra Internasional) atau dari IMAS (Indomobil), kaca mobil produksi AMFG (Asahimas Flat Glass), dan ban mobilnya diproduksi oleh GJTL (Gajah Tunggal), MASA (Achilles), GDYR (Goodyear), per mobilnya buatan INDS (Indospring). Mobilnya pun dibeli dengan bantuan kredit dari WOMF (WOM Finance), ADMF (Adira). Atau jika belum memiliki mobil, maka naik TAXI (Taksi Ekspress) atau BIRD (Blue Bird).

Dalam perjalanan menuju tempat kerja, melewati jalan tol yang dioperasikan JSMR (Jasa Marga) atau CMNP (Citra Marga). Jalan tolnya dibangun oleh kontraktor WIKA (Wijaya Karya), WSKT (Waskita Karya), atau ADHI (Adhi Karya). Semen yang digunakan pun dari INTP (Indocement), SMGR (Semen Indonesia), atau dari SMCB (Holcim). Baja yang dipakai pun dipasok dari KRAS (Krakatau Steel).

Sampai di tempat kerja, mau meeting, menelepon klien dengan bantuan provider TLKM (Telkom), ISAT (Indosat), atau EXCL (XL). Setelah menelepon, memutuskan untuk meeting di Mall yang dibangun oleh perusahaan properti seperti APLN (Agung Podomoro), CTRA (Ciputra), BSDE (BSD). Mall-nya dibangun oleh kontraktor PTPP (PP) atau TOTL (Total). Setelah meeting, bertransaksi melalui Bank seperti BBCA (BCA), BBRI (BRI), BMRI (Bank Mandiri), BBNI (BNI), BNGA (Bank CIMB Niaga), atau bank lainnya.

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial


Dari Ilustrasi di atas sangat jelas bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai masyarakat tidak akan lepas dan dikelilingi oleh produk perusahaan terbuka. Namun pertanyaannya, apakah kita sudah mulai berpikir mendapatkan keuntungan dari usaha yang mereka tawarkan? Dengan berinvestasi di pasar modal, maka siapa saja bisa berkesempatan memiliki saham dari perusahaan-perusahaan besar yang disebutkan di atas.

Disclaimer: Penyebutan merk hanya sebagai sarana edukasi, bukan untuk rekomendasi saham atau sejenisnya. Finansialku tidak berafiliasi dengan merk-merk di atas.

#3 Saham Menjanjikan Keuntungan yang Tinggi

Alasan ketiga mengapa Lo Kheng Hong berinvestasi saham adalah karena keuntungannya yang sangat besar. Ambil saja contoh, dalam lima belas tahun, sejak bom Bali 2002, IHSG telah naik dari 330 jadi 5664 pada tahun 2017. Ini menunjukkan bahwa Indeks Harga Saham telah naik sampai lebih dari seribu persen.

Ada yang disorot oleh Lo Kheng Hong dari masyarakat umum mengenai penggunaan uang, yaitu antara membeli barang konsumtif dibandingkan berinvestasi saham. Lo Kheng Hong membandingkan bila uang yang kita punya dipakai untuk membeli barang konsumtif, dengan bila uang yang kita punya dipakai untuk membeli saham.

Misalkan pada tahun 2009, Pak John membeli mobil mewah seharga Rp500 juta, di waktu yang sama Pak Ronald membeli saham dengan modal sebesar Rp500 juta, di saham CPIN (Charoen Pokphand) seharga Rp100 per lembar. Setelah 5 tahun Mobil yang dibeli pak John berkurang nilainya menjadi setengahnya, yaitu Rp250 juta. Di sisi lain, saham CPIN yang dibeli oleh Pak Ronald telah bertumbuh dan harganya berada di kisaran Rp5.000 per lembarnya. Nilai aset pak Ronald telah bertumbuh sebesar 50 kali lipat yaitu menjadi Rp25 Miliar.

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial

Setelah 5 tahun, ternyata dari yang tadinya sama-sama sebesar Rp500 juta, kini nilai aset pak Ronald telah menjadi 100 kali lipat lebih besar dari Pak John. Dari ilustrasi ini, maka Lo Kheng Hong pun sangat menekankan pentingnya berinvestasi saham dibandingkan hanya membeli barang konsumtif, baginya berinvestasi adalah menunda kenikmatan.

Kisah Sukses Lo Kheng Hong, Investor yang Bebas Finansial


Disclaimer: Penyebutan merk / kode saham hanya sebagai sarana edukasi, bukan untuk rekomendasi saham atau sejenisnya.

Lo Kheng Hong juga menyarankan untuk menabung di Bank seperlunya saja, selebihnya untuk berinvestasi, karena bungan tabungan di Bank sangat kecil. Bila hanya menyimpan uang di bank atau celengan ayam, baginya sama saja dengan memiskinkan diri secara pelan-pelan, karena adanya inflasi yang siap menggerus nilai uang yang dimiliki.

5 Cara jitu memilih saham untuk trading yang menguntungkan puluhan hingga ratusan juta

Cara memilih saham untuk trading sebenarnya gampang gampang susah, kenap demikian? Ya, karena hanya memilih salah satu emiten yang up trend kemudian tinggal putuskan membeli perusahaan tersebut maka anda akan untung. Dalam saham ketika anda membeli dengan harga murah dan menjualnya diharga tinggi maka anda akan mendapatkan selisih harga jual beli yang disebut dengan capital gain.

Dengan cara itu anda bisa meraup keuntungan yang sangat besar hingga puluhan bahkan hingga ratusan juta rupiah jika anda membeli saham dalam jumlah yang besar. Ketika saya menulis artikel ini salah satu emiten yang naik drastis adalah perusahaan yang berkode saham TAXI. Dalam sepekan harga saham taxi naik hingga mencapai 300% bayangkan saja jika anda membeli 1 juta rupiah saja anda sudah untung 3 juta dalam sepekan, bagaimana jika anda membeli lebih dari itu? Fantastis bukan!

Eitss... Tetapi tunggu dulu, kenaikan harga saham sefantastis seperti itu tidak mudah anda dapatkan walaupun anda sudah membeli saham tersebut, ingin tau kenapa? Karena faktor psikologi yang cepat ingin merealisasikan keuntungan atau terlalu takut bila harga sahamnya turun lagi. Maka dari itu, mari kita ulas bagaimana Cara memilih saham untuk trading  yang menguntungkan puluhan hingga ratusan juta
Baca juga : Yuk Nabung Saham

Yang perlu anda persiapkan sebelum membeli saham untuk anda tradingkan adalah sebagai berikut ;

Tentukan planing

Gunakan indikator

Lihat volume transaksi

Fundamental perusahaan?

Disiplin
Cara memilih saham untuk trading
Mari kita ulas satu persatu, bagaimana kita menerapkan cara diatas agar trading kita lebih profit maksimal walaupun setiap orang yang terjun kedunia saham pasti pernah mengalami kerugian termasuk warren buffet sekalipun. Namun cara diatas ini memungkinkan kita untuk meminimalkan resiko kita dalam bermain saham dan memaksimalkan profit kita semaksimal mungkin.

1. Tentukan planing
Penting sekali dalam trading saham, anda menentukan planing anda karena apapun yang terjadi maka itulah keputusan anda dalam membeli ataupun menjual saham. Jangan mudah terpengaruh dengan bisikan orang lain sekalipun dia sudah lama menggeluti dunia saham, anda harus dan wajib menentukan trading plan anda.

Contoh : Jika anda ingin membeli saham ABCD diharga 100 rupiah tetapi harga saham tersebut sudah 110 maka jangan ambil saham tersebut sebelum nilainya turun ke harga 100 rupiah walaupun saham tersebut "katanya" akan naik lagi. Begitu juga dengan menjual saham, ketika anda sudah memiliki target bila saham yang sudah anda beli naik 5% atau turun 3% maka anda akan menjualnya dan persentase yang anda targetkan tercapai maka apapun alasannya anda harus mejual saham tersebut walaupun dalam kenyataanya saham yang anda targetkan melampaui persentase yang anda tentukan. Karena ini sering terjadi ketika kita menjual saham (take profit) berdasarkan target (misalnya) 5% dan kemudian saham tersebut terus meranjak naik, jangan sesalkan itu. Tetap besyukur walaupun untung atau rugi sesuai dengan trading plan kita.

Kita tidak akan pernah tau apakah harga saham akan turun atau naik, yang kita harus pahami adalah bagaimana kita bisa mengamankan uang kita terlebih dahulu sesuai dengan trading plan kita masing masing. Contoh kasus seperti ini adalah untuk trading saham bukan investasi jangka panjang. Di artikel berikutnya saya akan menjelaskan bagaimana caranya untuk menjadi investor saham jangka panjang.

2. Gunakan indikator
Berbeda dengan investor jangka panjang yang lebih menganalisa fundamental perusahaan yang akan dibeli seperti kata lho keng hong pada HUT ukrida "trading saham hanya mementingkan ekor sapi,  asalkan ekornya masih bergerak naik turun dia tidak akan peduli dengan kondisi sapinya. Tetapi seorang investor saham akan lebih mementingkan kondisi kandang dan sapinya"

Memang benar apa yang dikatakan oleh lho keng hong, namun disini kita membahas bagaimana Cara memilih saham untuk trading yang menguntungkan puluhan hingga ratusan juta, bukan tentang value investor. Untuk dapat melakukan trading saham yang benar, anda harus menggunakan indikator baik itu moving average maupun MACD, dll. Tetapi saya sarankan disini jangan menggunakan indikator terlalu banyak karena itu sama saja akan membuat anda bingung dan menghancurkan trading plan anda.

Bijaklah menggunakan indikator yang menurut anda sesuai dengan trading plan anda, indikator hanya sebagai alat pembantu untuk melihat kondisi saham up trend maupun down trend.

Contoh : Jika anda menggunakan indikator moving average (MA15 dan MA30) maka ketika MA15 menembus MA30 artinya saham itu sedang up trend dan layak untuk dipertimbangkan, begitu pula dengan indikator yang lain. Fungsinya adalah untuk melihat saham yang lagi up atau down trend tidak lebih. Setelah anda mendapatkan saham yang sedang up trend maka lanjutkan ke tahap berikutnya
Baca juga : Sektor apa saja yang terdapat pada BEI

3. Lihat volume transaksi
Volume transaksi mengindikasikan perusahaan itu liquid atau tidak. Liquid dalam artian saham tersebut aktif diperjual belikan, jangan sampai anda membeli saham yang tidak liquid, karena jika anda masuk ke saham yang tidak liquid kemudian anda nyangkut disaham tersebut maka anda akan sulit keluar dalam waktu cepat. Banyak trader pemula yang nyangkut dan akhirnya menjadi investor dadakan karena mereka tidak disiplin menjalankan trading plan mereka.

Sebelum memutuskan untuk membeli saham, tidak ada salahnya kita melihat volume transaksi dari waktu ke waktu, hati hati jika volume transaksi tinggi dalam sehari saja tapi sebelumnya tidak ada transaksi. Kondisi seperti itu banyak terjadi pada saham gorengan, carilah saham yang volumenya stabil. Jauh lebih aman jika anda tidak tergesa gesa membeli saham namun hasilnya sangat memuaskan.

4. Fundamental perusahaan?
Teknik fundamental biasanya digunakan oleh value investor atau inventor jangka panjang, mereka tidak akan peduli saham tersebut naik atau turun, mereka hanya membeli ketika perusahaan tersebut mencatatkan laporan keuangan yang baik, laba meningkat, memiliki prospek jangka panjang. Namun apakah ini berlaku pada trading saham?

Tentunya apapun analisa yang anda lakukan baik itu investor maupun trading saham semua itu sah sah saja apabila dilakukan dengan disiplin, jika anda sebagai trader melakukan analisa fundamental tentu sangat membantu keputusan trading anda dengan syarat "jangan sampai anda melupakan analisa sebelumnya" sebab menentukan planing, menggunakan indikator, melihat volume transaksi sangat sangat penting dilakukan oleh seorang trader.

Menjadi seorang trader harus siap dengan segala resiko, baik itu cut loss (jual rugi) maupun take profit (jual untung). Berbeda dengan value investor, mereka akan lebih nyaman berinvestasi jangka panjang walaupun harga sahamnya terus turun, saat sahamnya terus turun value investor memiliki kesempatan untuk menambah kepemilikan di perusahaan tersebut namum jika anda seorang trader maka anda tidak akan bisa tidur nyenyak jika saham anda terus turun bukan? Maka dari itu disiplinlah terhadap trading plan anda.

5. Disiplin
Bicara tentang disiplin, apapun yang anda kerjakan secara disiplin maka akan mendapatkan hasil yang maksimal, begitu pula dengan trading di bursa saham. Lakukan analisa anda dengan disiplin, konsisten kepada apa yang sudah menjadi keputusan anda dan lakukan secara continue maka apa yang menjadi impian anda akan berhasil. Perubahan besar akan anda rasakan ketika anda sudah terbiasa akan kedisiplinan anda.

Hal yang anda dapat ketika anda disiplin dalam menjalankan trading plan anda adalah psikologi yang stabil. Ya, psikologi adalah kunci utama dalam bermain saham, banyak dari pakar yang mengungkap bahwa, 20% kunci sukses dibursa saham adalah analisa dan 80% kunci suksesnya adalah psikologi.

Maka dari itu dapat kita simpulkan bahwah jika kita disiplin menjalankan aturan yang kita buat niscaya kita akan sukses berbisnis saham di bursa efek indonesia, tidak terkecuali siapa anda sebelumnya bahkan banyak yang tidak memiliki pendidikan formal juga dapat sukses di bursa saham.

Bursa saham adalah harta karun yang belum banyak diketahui oleh masyarakat kita, maka dari itu mulailah dari sekarang, kekayaan terbesar ada dibursa saham, bukan dilautan yang dalam. Sekian dari saya, semoga artikel ini bermanfaat. Silahkan berkomentar di kolom yang sudah disediakan dibawah ini. Terimakasih

Wednesday, September 19, 2018

Darimana dan Mengapa Trader Harus Tahu Candlestick ?


awards1
Grafik batang lilin (candlestick) adalah jenis grafik yang umum dipakai dalam perdagangan saham, forex dan komoditas. Disebut grafik batang lilin (candlestick) karena grafik ini mempunyai garis-garis yang menyerupai batang lilin. Grafik candlestick menampilkan harga pembukaan (open), harga tertinggi (high), harga terendah (low) dan harga penutupan (close). Bentuk candlestick terlihat seperti sebuah balok dengan bentuk khusus,

Ada dua warna yang bisa digunakan, misalnya hijau dan merah, atau hitam dan putih. Gambar di atas, yang berwarna hijau menunjukkan harga penutupan lebih tinggi dari harga pembukaan (positif), sedangkan warnah merah adalah harga penutupan lebih rendah dari harga pembukaan (negatif). 
Komposisi bentuk candlestick sendiri terdiri dari badan (body candle) dan ekor (shadow). Bila ekor atau garis berada di atas body candle, maka disebut upper shadow, sedangkan bila ekor atau garis berada di bawah body candle, maka disebut lower shadow.
Sejarah Candlestick Chart dan Munehisa Honma
Grafik candlestick adalah metode yang dikembangkan oleh Munehisa Honma, seorang trader komoditas beras pada abad ke-18 di Jepang. Sedangkan orang yang mempopulerkan grafik candlestick di dunia barat yaitu Steven Nison. Munehisa Honma adalah salah satu di antara orang Jepang pertama yang paling terkenal dalam mempergunakan data harga masa lampau untuk memprediksi pergerakan-pergerakan harga di masa depan. Dia mengumpulkan sebuah trading keberuntungan yang besar di pasar beras selama abad ke-18.
Honma diberi kewenangan untuk mengontrol bisnis keluarganya di tahun 1750, dia memulai trading pada bursa komoditas beras lokalnya di kota pelabuhan Sakata. Kota pelabuhan Sakata merupakan sebuah wilayah pengumpulan dan pengiriman beras. Honma mulai mencatat pergerakan-pergerakan harga beras pada sebuah kertas. Dia menarik pola harga pada kertas perkamen padi, mencatat harga pembukaan (open), harga tertinggi (high), harga terendah (low), dan harga penutupan (close) setiap hari. Honma mulai melihat pola dan sinyal berulang di balok-balok harga yang dia gambar dan segera mulai memberinya nama seperti pada nama pola grafik candlestick yang kita kenal sekarang
Grafik candlestick inilah yang ditemukan oleh Steve Nison saat berkenalan dengan seorang pialang warga Jepang pada tahun 1987, dan mulai diperkenalkan ke dunia barat melalui buku ”Japanese Candlestick Charting Techniques
Fungsi dan Keunggulan Candlestick Chart
Pada umumnya trader suka menggunakan grafik candlestick karena dengan melihat grafik ini, trader lebih mudah dan cepat saat melakukan analisis karena lebih mudah dilihat dan dipahami. Grafik candlestick sangat mudah dibaca, karena selain bisa menggunakan dua warna berbeda, candlestick memiliki kelebihan lain yaitu mampu menampilkan psikologi pasar dengan lebih mudah dan jelas dibanding grafik garis maupun diagram batang
Secara psikologisnya, candlestick digunakan untuk mengetahui tekanan yang dilakukan oleh pembeli atau penjual. Pada akhir periode tertentu adu kekuatan tekanan itu akan terlihat pada panjang body dan shadow-nya, seperti contoh:
  1. Body putih/biru panjang, menunjukkan bahwa dari awal hingga akhir periode dikuasai oleh pembeli tanpa perlawanan berarti dari penjual.
  2. Body hitam/merah panjang, menunjukkan bahwa dari awal hingga akhir periode dikuasai oleh penjual tanpa perlawanan berarti dari pembeli.
  3. Shadow panjang di bawah body, menunjukkan bahwa pada awalnya penjual mendominasi namun pada perjalanannya sampai akhir periode, pembeli memberikan perlawanan yang kuat sehingga harga berbalik arah.
  4. Shadow panjang di atas body, menunjukkan bahwa pada awalnya pembeli mendominasi namun pada perjalanannya sampai akhir periode, penjual memberikan tekanan yang kuat sehingga harga berbalik turun
Pahami Sebelum Anda Menggunakannya
Beberapa puluh tahun yang lalu, orang-orang masih belum memahami adanya grafik candlestick sebagai media yang memudahkan untuk analisis teknikal. Sekarang ini grafik candlestick sudah sangat mendunia hingga hampir tidak ada satupun perangkat trading yang tidak menampilkan grafik ini sebagai pilihan tampilannya, dikarenakan beberapa keunggulan grafik ini untuk mengkomunikasikan psikologi pasar dengan lebih mudah dan jelas. Namun sebelum memulai trading, Anda sebaiknya memahami kegunaan grafik tersebut baru bisa menggunakannya secara optimal.

Indikator Trading, PERLUKAH? AKURAT KAH?

Dalam dunia Teknikal Analisis , kita tidak lepas dari istilah indikator yang membantu para trader atau investor mengambil keputusan investasi. Namun sering juga kita jumpai bahwa indikator trading yang kita gunakan dapat bersifat bertolak belakang dari pergerakan harga sahamnya (divergence) dan ini terkadang bisa buat “bingung” para trader untuk melakukan keputusan investasi.
Arah market pada dasarnya tidak bisa diprediksi, sederhananya semua bergerak berdasarkan kekuatan supply dan demand itu sendiri, namun yang perlu digaris bawahi adalah pergerakan harga selalu membentuk pola pola tertentu, inilah yang seharusnya menjadi acuan untuk MENGANTISIPASI sebuah pergerakan harga. Nah untuk membantu mengenali trend/arah pergerakan harga yang sedang berlangsung maka paling tidak dibutuhkan suatu indikator. walaupun ada cara lain yang sederhana misalnya dengan menarik garis Support dan Resistance.
Disini anda sebetulnya juga tidak perlu membutuhkan banyak indikator, semkain banyak indikator justru membuat anda semakin tidak fokus pada keputusan investasi yang sudah anda buat.
Gambar di bawah ini adalah contoh penggunaan indikator Moving Average dan MACD. Di sini kita akan melihat bagaimana indikator dapat membantu Anda mengenali trend yang sedang berlangsung. Namun harus dingat bahwa indikator bersifat lagging artinya indikator terbentuk berdasarkan pergerakan harga bukan sebaliknya! Sehingga dapat dikatakan bahwa pada dasarnya tidak ada indikator yang 100 % akurat. Tidak akurat bukan berarti salah. Jadi tolong dipahami dengan baik.
analisa saham|analisis teknikal|indikator trading
Lalu apa fungsi indikator? Indikator dapat dikatakan sebagai petunjuk atau membuat kita tetap waspada terhadap pergerakan harga dan diharapkan bisa mengantisipasi jika terjadi pergerakan harga berdasarjan data historis. Mengingat indikator apapaun jenisnya hanya sebagai alat bantu, diharapkan trader maupun investor tidak fanatik terhadap salah satu indikator apalagi digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan investasi semata.
Disini yang penting adalah bagaimana sistem trading maupun indikator yang ada pakai membuat anda nyaman dan cocok dengan gaya trading anda sekaligus profitable!
Just be Your SELF and FIND YOUR TRADING STYLE !

Tips Trading Jangka Pendek Dari Barbara Rockefeller

Siapa bilang trading jangka pendek tak menguntungkan? trader sukses Barbara Rockefeller membuktikan kebalikannya.


Apa yang ada dibenak Anda kala mendengar nama "trading jangka pendek?" Bahwa itu jalan cepat meraih profit? Gaya trading para pemula? Cara trading beresiko tinggi? Jika ya, maka Anda tidak sepenuhnya salah. Sudah banyak artikel mengulas segala sisi metode trading itu, mulai dari kelebihannya, salah satu teknik paling populernya (scalping), hingga bahaya dan resikonya. Dari hampir semua wacana mengenai trading jangka pendek, seringkali diungkap kekurangan metode ini sebagai cara trading beresiko tinggi, menguras waktu, dan rawan unsur coba-coba.

Namun pernahkah Anda mempertimbangkan penggunaan strategi trading jangka pendek dari kacamata kebutuhan? Inilah topik yang dibawakan Barbara Rockefeller, seorang trader forex wanita sukses, dalam kolomnya di buku High Profits in High Heels. Menurutnya, seorang trader retail tak perlu menampik kenyataan jika memang modalnya belum cukup memenuhi kondisi trading jangka panjang. Memilih time frame rendah untuk kemudian mengolah cara trading jangka pendek bukanlah tindakan memalukan apalagi sebuah "dosa", terutama jika memang gaya seperti itulah yang cocok dengan kondisi Anda. Ia membeberkan 5 poin penting dalam berkarir sebagai trader jangka pendek. Tapi sebelum mengungkap kiat-kiatnya, mari kita mengenal lebih dekat dulu sosok Barbara Rockefeller.

barbara rockefeller

Barbara Si Realistis

Berpengalaman lebih dari 20 tahun di dunia finansial, Barbara Rockefeller memulai karirnya di bank. Lulusan Columbia University ini pernah bekerja di Citibank sebagai senior risk manager di divisi internasional. Ia kini aktif sebagai penulis, trader forex, dan penerbit newsletter harian. Salah satu newsletter-nya, Daily Currency Briefing, berisi sinopsis event penting dan prediksi forex yang dikonsumsi bank-bank sentral, fund manager, dan perusahaan multinasional. Karya populernya adalah buku Technical Analysis for Dummies (2004), salah satu panduan wajib untuk teknikalis pemula dan kini sudah terbit hingga beberapa edisi.

Trader wanita satu ini sangat realistis dalam memaparkan tips-tipsnya di High Profit in High Heels, buku kompilasi yang sebelumnya telah memuat kiat Toni Turner dan Kathy Lien. Mengapa? Sebagai trader individu, ia paham betul posisinya di pasar. "Apa yang saya ajarkan dan saya praktekkan untuk trading saya sendiri sangat berbeda. Sebut saja saya curang atau munafik, tapi sementara klien-klien besar saya punya banyak dana untuk menahan posisi hingga berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan, uang saya tak cukup untuk mengikuti cara trading serupa." begitulah pendapatnya.

Tak dapat dipungkiri, Barbara Rockefeller adalah trader dengan banyak pengalaman dan keahlian. Tapi nyatanya, ia tak memilih sistem trading Big Picture yang lebih mengedepankan analisa jangka panjang. Menurutnya, "mengambil posisi jangka panjang dengan ukuran besar yang (barangkali) bisa mengubah arah market seperti Warren Buffet dan Soros memang menggoda. Mungkin juga tak ada trader yang tak pernah menginginkan harga bergerak sesuai prediksi. Tapi ingatlah pedoman trader sukses ini; jangan pedulikan kemana harga akan bergerak, observasi saja dimana ia sekarang bergerak dan ikuti dinamikanya."


Manajemen Time Frame

Dari sekian banyak tips trading jangka pendek di pasaran, Barbara memilih time frame (tf) sebagai komponen terpenting. Percaya atau tidak, ia baru merasakan sukses setelah memperkecil time frame-nya ke hitungan jam (H1, H4, dst.). Ya, untuk short-term trader, fokus pada tf rendah memang sangatlah penting. Sayangnya, mereka yang sudah sadar hal inipun kadang masih tertarik pada analisa jangka panjang. Tak jarang, mereka berusaha memasukkan paksa cara trading seperti itu ke dalam time frame kecil mereka. "Saya sudah berulang kali backtest berbagai macam trading rule, dan percayalah, 50% di antaranya tak bisa diterapkan di berbagai time frame," ungkapnya. Jadi, jika sudah memilih time frame rendah, usahakan untuk melengkapinya dengan strategi jangka pendek yang kompatibel.

Seberapa kecil tf yang bisa digunakan? Dalam hal ini, Barbara Rockefeller memperingatkan bahaya time frame super kecil untuk indikator teknikal. Ia rupanya sepakat dengan pendapat umum mengenai resiko noise pada time frame yang terlalu rendah. Barbara mengungkapkan bahwa menerapkan MA di time frame 1 menit adalah tindakan bodoh, begitu juga dengan penggunaan rule lain di time frame sejenis. Bahkan indikator yang dianggap terbaik pun tak akan ampuh di time frame super kecil. Untuk itu, ketahuilah batasan time frame dengan sebaik-baiknya. Pilih time frame di bawah D1, tapi jangan menjangkau solusi ekstrim seperti trading di time frame M1.


Andalkan Bar dan Candlestick

Satu lagi terobosan yang membuat karir tradingnya kian mantap adalah analisa bar. Bentuk sederhana dari candlestick ini telah menjadi andalan Barbara Rockefeller semenjak ia berhasil membukukan keuntungan lebih banyak selepas menulis bab mengenai bar di buku Technical Analysis for Dummies. Bagaimana dengan candlestick? Setelah menyelesaikan bagian itu, Barbara pun mengumpulkan lebih banyak keuntungan lagi!

Mungkin inilah yang disebut belajar sambil menulis. Melalui proses pembuatan bukunya, Barbara Rockefeller kembali menelaah fungsi bar serta aplikasinya dalam trading. Ia pun menemukan bahwa indikator harga ini punya 2 manfaat utama: Penyederhanaan dan basis indikator teknikal. Kegunaan pertama sangat bermanfaat saat mengalami kebuntuan analisa karena terlalu banyak indikator. Bagi short-term trader, pentingnya kesederhanaan teknik tak bisa dikesampingkan begitu saja.
"Apa urusan kita (trader jangka pendek) kalau harga bergerak melawan arah fundamental dan tren utama? Kita bukan trader fundamental dan tren besar bukanlah prioritas utama kita. Kita tidak cukup kaya untuk berbasis pada tren primer. Saat melihat reversal bearish dari serangkaian lower low dan lower high, atau pola bearish harami misalnya, kita tak harus peduli apa itu cuma koreksi atau perubahan trend utama. Sebagai trader jangka pendek, posisi kita tak bakal bertahan cukup lama untuk bisa merasakan dampak perubahan trend utama." demikian katanya.

grafik forex bar
Anatomi bar, jenis grafik harga andalan Barbara Rockefeller.

Bagaimana dengan manfaat kedua? Barbara Rockefeller berani mengatakan bar sebagai basis indikator teknikal karena menurutnya, bar harga jarang "berbohong". Dibanding indikator lain yang sinyalnya terlambat, dengan bar kita bisa mengenali market bullish ketika open bar saat ini berada dekat low bar sebelumnya, lalu kemudian ditutup dekat level high bar yang mendahuluinya. Disamping itu, Barbara Rockefeller juga berbagi hasil pengamatan selama ia bertrading di pasar forex.

"Seringkali, harga penutupan hari ini sama dengan close atau open di hari sebelumnya. Mengingat banyaknya pemain pasar yang terlibat dan aktif dari berbagai zona waktu dunia, ini bukanlah suatu kebetulan. Para trader sebenarnya mempermainkan pemain kecil, termasuk saya. Mereka boleh jadi menampilkan sentimen bullish atau bearish dengan jelas, tapi ketika harga bergerak mendatar atau close dekat level-level historis, maka kondisi menjadi sangat tidak pasti. Bayangkan seperti ini: Ada badai yang akan datang menghujani semua pihak, pemain besar atau kecil. Tapi bedanya, big players punya payung sementara trader recehan tidak. Karenanya, solusi terbaik adalah menjauh dari pasar hingga muncul informasi lebih jelas yang bisa dinterpretasikan," katanya.
pola candle engulfing
Selain bar, trader penulis buku The Global Trader (2001) ini juga menjagokan candlestick. Lebih deskriptif namun tak begitu prediktif, candlestick menurut Barbara tetaplah bermanfaat bagi short-term trader yang ingin mendapat kesederhanaan analisa pola grafik. Ia khususnya menunjuk pola engulfing sebagai sinyal paling bisa diandalkan, karena disamping bisa menunjukkan arah harga, trader juga dapat memperoleh petunjuk stop. Selain engulfing, Barbara Rockefeller juga mencermati pola harami, hanging man, serta gravestone doji sebagai bentuk-bentuk candle pilihan. Sebaliknya, ia memberikan label "tak bisa dipercaya" pada pola-pola tiga candle.


Konfirmasi Dengan Indikator

Bagi Barbara Rockefeller, fungsi indikator teknikal sebenarnya adalah sebagai konfirmator dari sinyal bar atau candle. Selain panduan dari objek-objek analisa sederhana seperti garis diagonal dan horizontal sebagai support resistance buatan sendiri, Barbara Rockefeller juga merekomendasikan indikator umum seperti SMA periode 10 atau 20. Selain itu, ia menambahkan bahwa indikator-indikator channel juga mempunyai peranan penting. "Saya suka Bollinger band, average true range (ATR) band, juga standard error channel. Ketika mereka semua tampil bersamaan di chart dan saling mengkonfirmasi, kita akan dapat melihat pola top dan bottom harga yang cukup valid. Tapi ingat, menentukan target tepat di posisi top dan bottom tersebut namanya serakah. Wajarnya, ambil target profit dan stop loss di dalam range channel," sarannya.

Lebih lanjut lagi, Barbara Rockefeller juga mencermati pentingnya update berita bagi trader jangka pendek. Meski semua pendekatan di atas lebih condong ke teknikal, tapi ia tak bisa memungkiri bahwa trader setidaknya perlu tahu rilis data fundamental agar tak buta arah. Bagaimanapun juga, analisa bar, candle, serta konfirmasi dengan indikator apapun nyatanya bisa tak mempan di kala ada rilis berita penting atau tak terduga.


Manfaatkan Pergantian Sesi Trading

Waktu trading forex yang bervariasi serta dibagi menjadi sesi-sesi tertentu ternyata juga bisa dimanfaatkan sebagai salah satu strategi trading jangka pendek. Prinsip mudahnya, jika reli pasar London berlanjut ke sesi New York, maka ikutlah kerumunan tersebut, tapi hanya jika trader Amerika mendorong terciptanya pola-pola higher high di awal sesi. Setelah itu, Anda punya waktu setidaknya 3 jam untuk mencari peluang profit. Karena setelahnya, likuiditas akan mulai mereda dan pasar New York bergerak lambat hingga menjelang dibukanya sesi Asia.

sesi pasar forex

Lalu bagaimana jika ternyata trader Amerika menolak bergabung dan justru melanjutkan pasar London dengan lower low? Jangan khawatir, masih ada kesempatan di sini. Kondisi seperti itu dinamakan kesempatan jual pada koreksi kecil. Untuk itu, sesuaikan target profit di level dekat jika Anda ingin tetap memperoleh keuntungan. Inilah poin positif jadi short-term trader yang tak terpaku pada pergerakan besar. Setiap perubahan kecil bisa jadi peluang. (Artikel ini ditulis oleh Galuh untuk seputarforex.com)

Aturan Main Strategi Breakout

Tak lupa, Barbara Rockefeller menunjukkan tips trading breakout untuk trader-trader seperti dirinya yang lebih suka bermain dalam jangka pendek. "Jika ada breakout harga dari level-level penting, seperti harga tertinggi harian atau mingguan, dan bar ditutup pada high, maka gunakan aturan buy high and sell higher." Sedangkan secara teknikal, trader yang memulai karirnya sejak tahun 1990 ini lagi-lagi menekankan pentingnya bar dalam mengantisipasi breakout. Seperti halnya candle, "bar kecil dengan sumbu-sumbu high low kecil mencerminkan ketidakpastian pasar, sedangkan bar berukuran besar berarti para trader sedang sangat percaya diri. Jika Anda menjumpai beberapa bar besar yang tiba-tiba diikuti dengan rangkaian bar mungil, maka berhati-hatilah! Penurunan volatilitas seperti itu biasanya pertanda breakout. Jika diperhatikan, ini hampir mirip dengan sinyal Bollinger Bands (indikator pengukur volatilitas) di time frame besar," begitulah ungkapnya.

Pesan Penutup

Barbara Rockefeller memang seorang trader yang cenderung berpandangan teknikal. Walaupun begitu, ia tak lupa menekankan bahwa tujuan utama seorang trader adalah untuk mendapatkan profit, bukan membuktikan sesuatu. "Sebuah sistem teknikal harus digunakan di semua kesempatan untuk membuktikan hasil backtest-nya. Tapi tujuan saya bukanlah mencari tahu apakah backtest saya valid, atau sistem sudah berhasil. Target saya adalah mendapat USD5,000 untuk memasang jendela baru di rumah. Kalau sudah ditargetkan seperti itu, maka manajemen resiko bukan lagi perkara rumit." Pesannya, jangan terburu obsesi mencari semua peluang yang ada hingga tak tahu tempat dan waktu. Tetaplah realistis dalam menggunakan analisa teknikal. Jika pasar dalam keadaan tak tentu, maka menjauhlah dan jangan paksa untuk bertrading.


Mengungkap Kisah Trader Sukses Gary Wagner, Pakar Analisa Candlestick

Gary Wagner adalah seorang trader di pasar futures yang sukses berkat persepsinya tentang candlestick. Ini pelajaran darinya bagi para trader pemula.


Gary Wagner adalah seorang trader di pasar futures yang percaya dan sangat mengandalkan analisa candlestick dalam trading. Bagi Wagner, candlestick adalah ekspresi matematis dari psikologi sentimen pasar. Ia menggunakan kombinasi candlestick yang disebutnya ‘indikator dari timur’ dengan indikator teknikal yang dinamakannya ‘peralatan ala barat’ untuk trading sehari-hari. Ia telah terlibat beberapa tahun dalam trading di pasar komoditi sebelum serius mempelajari candlestick guna mengantisipasi pergerakan pasar. "Awalnya saya mengabaikan indikator ini, tetapi lambat laun saya tertarik. Jika Anda ingin tahu sentimen pasar, amatilah candle-candle tersebut," katanya.


gary wagner


Terinspirasi Candlestick

Selepas lulus dari akademi, Wagner bekerja pada sebuah broker futures, dan di sekitar tahun tersebut (1989-1990) pasar futures telah mulai menggunakan candlestick untuk menampilkan pergerakan harga. "Ketika saya mulai tertarik, saya belum mengerti benar untuk apa indikator ini diciptakan. Usia candlestick telah cukup tua dan masih terus digunakan. Saya penasaran dan mulai melakukan penelitian dari berbagai bahan yang ada pada saat itu," kenangnya. Wagner kemudian menemukan buku berjudul The Japanese Chart of Charts karangan Seiki Shimizu, dan ia membacanya berulang kali. "Buku ini seharusnya dibaca oleh para chartist Amerika Serikat. Saya telah membacanya lebih dari sekali dan sangat membantu menjelaskan ide-ide yang terkandung dalam candlestick," lanjutnya.

"Setelah paham bagaimana membaca candlestick, hasil trading saya mengalami banyak kemajuan, mulai bisa profit dengan konsisten, dan tentu saja para client saya juga banyak mendulang profit,” jelasnya. Bersama rekan tradingnya Brad Matheny, Gary Wagner menulis buku berjudul Trading Applications of Japanese Candlesticks.
"Bagi chartist atau technician barat khususnya Amerika Serikat, hanya menggunakan candlestick saja kemungkinannya fifty-fifty karena mereka lebih menekankan pada harga penutupan (closing price) dari waktu ke waktu. Mereka juga sering menggunakan moving averages, stochastics dan menarik garis trend. Sebenarnya, banyak informasi yang diperoleh dari candlestick, seperti hubungan antara harga pembukaan (open price) dan harga penutupan pada suatu periode waktu. Dinamika pergerakan harga yang tercermin pada candlestick juga dapat mengisyaratkan arah bullish atau bearish," ungkap Gary Wagner.

Selain menulis buku, Wagner juga membuat software Candlestick Forecaster yang pada awalnya digunakan untuk keperluan trading dirinya sendiri dan para client-nya. "Saya kumpulkan semua metode dan teknik trading dengan candlestick yang telah saya gunakan, dan saya susun satu per satu dalam bentuk software untuk membantu memilih teknik mana yang paling tepat digunakan." katanya.
Walaupun tampak sangat fokus pada pergerakan candlestick, Gary Wagner tidak mengabaikan faktor fundamental. "Fundamental memang menentukan arah trend pasar, tetapi bisa disaring secara matematis. Ketika saya tidak terbebani oleh berbagai informasi fundamental, saya bisa melihat sentimen pasar yang sebenarnya lewat candlestick. Tetapi tetap saja, faktor fundamental tidak bisa diabaikan," imbuhnya. Disamping trading untuk dirinya sendiri dan para client-nya, Gary Wagner juga aktif menulis buku dan berbicara di berbagai seminar trading, terutama yang berhubungan dengan candlestick charting.

Pelajaran Untuk Trader Pemula

Apa nasehatnya untuk para trader pemula? "Trader pemula cenderung menjadi trader harian (day trader), tetapi itu biasa. Jika Anda trader pemula, jangan malas untuk belajar trading, jika perlu ikutlah kursus atau program pendidikan apapun untuk mendapatkan ilmu yang memadai. Jika Anda terjun ke pasar riil itu seperti melemparkan diri Anda ke segerombolan ikan hiu. Anda tahu bagaimana pemain besar atau big boys bermain? Mereka sangat rakus. Anda membutuhkan proteksi yang benar-benar canggih. Ingat, pasar sangat cepat berubah. Kekuatan dan stamina Anda sangat penting jika ingin bertahan," saran Gary Wagner.

Para trader dan investor yang telah sukses dalam karirnya sebagian besar mendedikasikan pengetahuan dan waktunya guna mengembangkan dunia trading dan investasi seperti mendirikan perusahaan investasi, menjadi konsultan, komentator di berbagai media investasi dan bisnis, mengembangkan software trading, menulis buku, dan lain sebagainya. Kita bisa mengambil manfaat positif dari kisah perjalanan karir dan pandangan Gary Wagner tentang pentingnya candlestick dan belajar trading bagi para pemula.

Selain Gary Wagner, trader sukses lain yang mengandalkan chart candlestick adalah Barbara Rockefeller. Ada tips mengenai pola-pola candle khusus untuk diandalkan terutama oleh para trader jangka pendek.

Darimana Asalnya Candlestick dan Mengapa Trader Saham Harus Tahu Candlestick?

Dalam dunia saham, ada sebuah istilah candlestick. Apa yang dimaksud dengan candlestick? Mengapa trader saham harus tahu candlestick? Finansialku kali ini, akan membahas mengenai candlestick secara lebih jelas.

Rubrik Finansialku
Rubrik Finansialku Learn and Invest

Mengenal grafik Candlestick dalam Trading Saham, Forex, Berjangka, Opsi dan Komoditas

Grafik batang lilin (candlestick) adalah jenis grafik yang umum dipakai dalam perdagangan saham, forex dan komoditas. Disebut grafik batang lilin (candlestick) karena grafik ini mempunyai garis-garis yang menyerupai batang lilin. Grafik candlestick menampilkan harga pembukaan (open), harga tertinggi (high), harga terendah (low) dan harga penutupan (close). Bentuk candlestick terlihat seperti sebuah balok dengan bentuk khusus, seperti gambar berikut
Darimana Asalnya Candlestick dan Mengapa Trader Saham Harus Tahu Candlestick - Finansialku


Ada dua warna yang bisa digunakan, misalnya hijau dan merah, atau hitam dan putih. Gambar di atas, yang berwarna hijau menunjukkan harga penutupan lebih tinggi dari harga pembukaan (positif), sedangkan warnah merah adalah harga penutupan lebih rendah dari harga pembukaan (negatif). 
Komposisi bentuk candlestick sendiri terdiri dari badan (body candle) dan ekor (shadow). Bila ekor atau garis berada di atas body candle, maka disebut upper shadow, sedangkan bila ekor atau garis berada di bawah body candle, maka disebut lower shadow.

Sejarah Candlestick Chart dan Munehisa Honma

Grafik candlestick adalah metode yang dikembangkan oleh Munehisa Honma, seorang trader komoditas beras pada abad ke-18 di Jepang. Sedangkan orang yang mempopulerkan grafik candlestick di dunia barat yaitu Steven Nison.
Munehisa Honma adalah salah satu di antara orang Jepang pertama yang paling terkenal dalam mempergunakan data harga masa lampau untuk memprediksi pergerakan-pergerakan harga di masa depan. Dia mengumpulkan sebuah trading keberuntungan yang besar di pasar beras selama abad ke-18.
Darimana Asalnya Candlestick dan Mengapa Trader Saham Harus Tahu Candlestick 3 - Finansialku


Munehisa Honma lahir pada tahun 1724 dari sebuah keluarga kaya di daerah Sakata. Ketika Honma diberi kewenangan untuk mengontrol bisnis keluarganya di tahun 1750, dia memulai trading pada bursa komoditas beras lokalnya di kota pelabuhan Sakata. Kota pelabuhan Sakata merupakan sebuah wilayah pengumpulan dan pengiriman beras.
Ketika ayah Munehisa Honma meninggal, dia menggantikan posisi sebagai pengelola aset-aset keluarganya. Honma mulai mencatat pergerakan-pergerakan harga beras pada sebuah kertas. Dia menarik pola harga pada kertas perkamen padi, mencatat harga pembukaan (open), harga tertinggi (high), harga terendah (low), dan harga penutupan (close) setiap hari. Honma mulai melihat pola dan sinyal berulang di balok-balok harga yang dia gambar dan segera mulai memberinya nama seperti pada nama pola grafik candlestick yang kita kenal sekarang.
Darimana Asalnya Candlestick dan Mengapa Trader Saham Harus Tahu Candlestick 2 - Finansialku


Disebutkan bahwa Honma telah memenangi trading sebanyak 100 kali secara terus-menerus. Dirumorkan pula bahwa aset yang telah dia kumpulkan setara dengan US$10 Miliar. Buku-buku Honma tentang pasar dan hukum-hukum trading-nya, mengalami evolusi menjadi grafik candlestick yang kita kenal saat ini.
Grafik candlestick inilah yang ditemukan oleh Steve Nison saat berkenalan dengan seorang pialang warga Jepang pada tahun 1987, dan mulai diperkenalkan ke dunia barat melalui buku ”Japanese Candlestick Charting Techniques
Darimana Asalnya Candlestick dan Mengapa Trader Saham Harus Tahu Candlestick 1 - Finansialku


Saat ini grafik candlestick telah digunakan secara luas diseluruh dunia. Hal tersebut disebabkan oleh jasa Steve Nison memperkenalkan grafik candlestick, bahkan karya tulis Beliau telah dihargai sebagai karya yang merevolusikan analisis teknikal.
Sekarang, situs-situs website, sistem layanan trading real-time dan paket-paket software analisis teknikal juga telah memasukkan grafik candlestick ini. Hal ini membuktikan bahwa kepopuleran dan ketertarikan minat trader dunia akan grafik ini sungguh besar, dikarenakan grafik ini mempunyai fungsi dan keunggulannya dibanding grafik lain.

Fungsi dan Keunggulan Candlestick Chart

Pada umumnya trader suka menggunakan grafik candlestick karena dengan melihat grafik ini, trader lebih mudah dan cepat saat melakukan analisis karena lebih mudah dilihat dan dipahami.
Grafik candlestick sangat mudah dibaca, karena selain bisa menggunakan dua warna berbeda, candlestick memiliki kelebihan lain yaitu mampu menampilkan psikologi pasar dengan lebih mudah dan jelas dibanding grafik garis maupun diagram batang.
investor-pemula-ini-modal-dasar-untuk-berinvestasi-saham-yang-penting-2-finansialku


Secara psikologisnya, candlestick digunakan untuk mengetahui tekanan yang dilakukan oleh pembeli atau penjual. Pada akhir periode tertentu adu kekuatan tekanan itu akan terlihat pada panjang body dan shadow-nya, seperti contoh:
  1. Body putih/biru panjang, menunjukkan bahwa dari awal hingga akhir periode dikuasai oleh pembeli tanpa perlawanan berarti dari penjual.
  2. Body hitam/merah panjang, menunjukkan bahwa dari awal hingga akhir periode dikuasai oleh penjual tanpa perlawanan berarti dari pembeli.
  3. Shadow panjang di bawah body, menunjukkan bahwa pada awalnya penjual mendominasi namun pada perjalanannya sampai akhir periode, pembeli memberikan perlawanan yang kuat sehingga harga berbalik arah.
  4. Shadow panjang di atas body, menunjukkan bahwa pada awalnya pembeli mendominasi namun pada perjalanannya sampai akhir periode, penjual memberikan tekanan yang kuat sehingga harga berbalik turun.


Pahami Sebelum Anda Menggunakannya

Beberapa puluh tahun yang lalu, orang-orang masih belum memahami adanya grafik candlestick sebagai media yang memudahkan untuk analisis teknikal. Sekarang ini grafik candlestick sudah sangat mendunia hingga hampir tidak ada satupun perangkat trading yang tidak menampilkan grafik ini sebagai pilihan tampilannya.
Dikarenakan beberapa keunggulan grafik ini untuk menyampaikan psikologi pasar dengan lebih mudah dan jelas. Namun sebelum memulai trading, Anda sebaiknya memahami kegunaan grafik tersebut baru bisa menggunakannya secara optimal.

Ellen May Trader Wanitas Sukses Indonesia

Ellen May adalah trader wanita sukses Indonesia. Meski lebih dikenal sebagai trader saham, ia juga memiliki pengalaman yang sangat menarik tentang forex.
iklan
iklan
Ellen May adalah sosok trader wanita sukses Indonesia yang patut diperhitungkan. Sepak terjang Ellen May di dunia saham membuktikan bahwa dunia trading bukanlah milik laki-laki saja. Wanita kelahiran Surakarta, Mei 1983 ini bercita-cita ingin mengedukasi satu juta orang untuk melek saham. Namun meski minat Ellen May condong ke saham, bukan berarti ia tak tahu-menahu tentang forex. Dalam bukunya Smart Traders Not Gamblers, Ellen May sebagai trader wanita sukses memaparkan psikologi trading yang cocok dibaca oleh para trader forex maupun saham.

ellen-may

"Pada dasarnya, forex dan saham tidak jauh berbeda. Yang membedakan adalah risikonya," kata Ellen May. Berikut ini hasil wawancara ekslusif Seputarforex dengan Ellen May. Mari menyelami bagaimana pandangan seorang trader wanita sukses indonesia tentang dunia trading, khususnya komparasi trading saham dan trading forex.


Sekilas Profil Ellen May

Ellen May adalah seorang praktisi saham, trader, entrepreneur, sekaligus owner PT Ellen May Indonesia. Meski demikian, latar belakang pendidikannya bukanlah dari dunia ekonomi. Ellen May menamatkan pendidikan terakhirnya di bidang IT. Namun demikian, ia tetap bisa menjadi trader wanita sukses.
Awal ketertarikan Ellen May pada trading karena tentu untuk memetik profit, tetapi dengan cara yang simpel. Selain itu, dunia trading juga menawarkan peluang keuntungan yang bisa dikatakan cukup besar.


Trading Forex Jauh Lebih Menarik, Tetapi...

Saat ditanya mengapa saham lebih menarik untuk seorang Ellen May dibandingkan dengan forex, ia mengatakan bahwa sejujurnya trading forex jauh lebih menarik. Besarnya peluang profit yang ditawarkan dunia trading forex-lah yang paling menggiurkan. Namun, trader wanita sukses Indonesia ini lebih memilih untuk menurut pada passion-nya.

"Passion saya lebih ke saham daripada forex. Saya menikmati 'beauty of stock', bagaimana harga saham naik turun, bagaimana 'story of the companies' atau perkembangan sebuah perusahaan, dan faktor-faktor lain penggerak harga saham," kata Ellen May.

Ellen bukannya tak pernah bersinggungan dengan forex sama sekali. Ia sudah pernah mencoba ber-trading forex, tapi tak nyaman baginya.

"Gaya trading saya adalah di jangka menengah. Saya sudah pernah coba trading forex, memang sangat menarik. Akan tetapi karena saya tidak nyaman memakai metode intraday forex trading yang membutuhkan banyak waktu untuk memantau pasar, maka saya lebih mengambil saham saja," kenangnya.


Strategi Trading

Umumnya, strategi trading saham, forex, dan binary options memiliki kesamaan. Ellen May memilih strategi trading Buy and Hold atau yang disebut juga dengan strategi momentum.
Menyesuaikan entry dengan momentum harga saat ini memang bisa menempatkan posisi dengan lebih tepat. Momentum bisa mengukur kekuatan tren, sehingga trader bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kelangsungan tren harga agar bisa dimanfaatkan untuk entry.

"Saya menggunakan strategi Buy and Hold atau momentum trading, karena dengan effort yang minim, saya bisa mendapatkan profit hingga ratusan persen dalam satu tahun." kata Ellen.


Trading For Passion Dan Tantangannya

"Sebenarnya kalau saya sih bukan trading for living, karena yang for living itu suami saya. Hahaha.. Saya lebih ke trading untuk passion," aku Ellen sambil tertawa. Ellen May mengaku memiliki hasrat tersendiri untuk berinvestasi finansial. Mengawali dari reksadana, Ellen merambah ke saham dan forex. Namun, baginya forex kurang pas dengan minat dan waktunya yang juga sebagai seorang ibu dan istri.

ellen-may-dan-putrinya


Sang suami rupanya punya andil banyak dalam mendukung keinginan Ellen untuk berinvestasi. Oleh sebab itu, suaminya mengarahkan untuk bertrading saham. Ellen pun jatuh cinta pada trading saham setelahnya. Trading saham membuatnya bisa membagi waktu dengan tanggung jawab-tanggung jawabnya yang lain. Baginya, saham tidak menyusahkan. Ia pun sukses menjadi trader wanita sukses Indonesia.

"Setelah open posisi bisa ditinggal. Di jam-jam seperti sekarang ini (pukul 11 siang -red), biasanya saya sedang tidak memantau pasar, jadi bisa melakukan hal yang lain." kata Ellen.

Meski demikian, pilihan Ellen bukan tanpa tantangan. Ellen May mengaku harus berjuang keras saat awal-awal belajar. Kala itu, ia masih sering melakukan error dan belum menguasai psikologi trading sebagai seorang trader.

Ia juga pernah berhenti trading saat dunia dilanda krisis pada tahun 2008 dan rugi karenanya. Tetapi keadaan bisa berbalik. Ellen pernah memetik profit yang luar biasa dengan strategi tradingnya. Ada yang mulai 600% bahkan 1.500% di tahun 2013. Dari sini, Ellen menemukan bahwa rahasia sukses trading adalah kombinasi antara sistem yang bagus dan pengendalian psikologi trading.


Keuntungan Forex Lebih Besar Dari Saham

Ketika ditanya tentang manakah yang lebih cocok untuk orang Indonesia, apakah trading saham atau forex, Ellen menyarankan saham meski ia terang-terangan mengatakan return yang diberikan forex bisa sangat tinggi.

"Untuk profit, tentu forex (yang lebih besar). Forex menawarkan high reward. Saya kira forex kelasnya memang di atas saham dalam menawarkan keuntungan. Tetapi, kerugiannya juga besar. Jadi, untuk orang Indonesia mungkin bisa start ke saham dulu saja. Setelah menguasai cara mengatur psikologi trading, barulah bisa ke forex." tutur Ellen.
Kepribadian yang wajib dimiliki seorang trader, baik forex ataupun saham, pada intinya sama. Menurut Ellen May, Seorang trader harus mempunyai sifat-sifat ini:
  1. Berani dalam mengambil keputusan dan menanggung risiko
  2. Mau mengevaluasi diri. Memperbaiki jika punya kesalahan
  3. Sabar dan tekun.


Kalau Modal Trading Minim

Untuk pemula yang ingin berinvestasi ke pasar derivatif dengan modal yang minim, apakah sebaiknya ke saham atau ke forex? Ellen menjawab bisa keduanya. Yang penting orang itu mau belajar. Menguasai analisa teknikal, kata Ellen, akan mempermudah seorang pemula dalam mempelajari dunia trading.

"Bisa dua-duanya, tapi lebih aman memang saham. Untuk pemula memang sebaiknya menggunakan modal yang minim dulu. Jangan terlalu grusa-grusu menggelontorkan uang yang banyak agar dapat uang banyak. Jika memang tertarik forex, bisa mulai ke akun demo atau langsung pakai uang dengan jumlah kecil lebih dulu. Begitupula di saham, bisa mulai dengan modal yang kecil dulu." jelasnya.


Jangan Terlalu Banyak Ikut Forum

Tentang sosok trader idola, Ellen May menyukai Jesse Livermore. "Terlepas dari kehidupan pribadinya yang mati bunuh diri dan keluarga yang berantakan, saya kira strategi Jesse Livermore dalam trading itu sangat bagus. Wisdom-nya saya suka dengan Warren Buffet, cuma saya tidak suka kalau baru dapat keuntungan setelah sudah tua. Hehehe.."
Seperti beberapa figur trader sukses Indonesia lainnya, Ellen May menyarankan agar tidak terlalu banyak ikut forum. "Jangan terlalu banyak ikut forum. Bikin bingung. Pahami dulu dari analisa teknikal, gampang kok. Yang jelas pakai uang dalam jumlah kecil dulu." nasihatnya.

Sebelum bertrading, Ellen selalu mempersiapkan rencana trading sehari sebelumnya. Ia selalu menyusun analisis sebelum terjun ke medan trading. Bedanya dengan trader biasa, Ellen akan membagikan analisisnya pada trader lain melalui Premium Access yang bisa didapatkan di situs Ellen May Institute.


Mendidik 1 Juta Trader

Kegiatan membagikan analisis tersebut bukan tanpa alasan. Selain bisnis, Ellen May juga memiliki cita-cita ingin mengedukasi 1 juta orang supaya melek saham. Saat ini, Ellen memang sedang dalam perjuangan untuk mencapai cita-citanya tersebut, namun jumlah orang yang teredukasi masih dalam satuan ribu.

smart-trader-not-gambler

"Sejauh ini, saya sudah enjoy dan puas dengan karir saya sebagai seorang trader. Saya ingin bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat dan mengedukasi 1 juta orang untuk melek saham," ujarnya.

Mengakhiri wawancara, Ellen May sang trader wanita sukses Indonesia, berpesan pada trader pemula, baik saham maupun forex, agar selalu sabar dan menikmati proses. Tidak ada kesuksesan instan. Kuasai analisis teknikal untuk membantu kesuksesan trading Anda.