Pekerjaan Lo sebagai value investor adalah mencari saham “salah harga”
di bursa. Ia menggunakan strategi yang sangat sederhana, yaitu beli
paling murah secara valuasinya tetapi paling bagus prospeknya, setelah
itu disimpan, menunggu sabar, hingga si bursa saham sadar bahwa saham
itu terlalu murah dan naik ke harga seharusnya tertulis.
Menurut Lo Kheng Hong, investor haruslah mempunyai nafas dan daya tahan
yang panjang untuk bermain sampai bertahun-tahun hingga menghasilkan
keuntungan signifikan. Karenanya, ia sangat menyarankan untuk tidak
memakai uang hutang, atau uang sehari-hari dalam berinvestasi.
Membeli saham pun tidak boleh seperti membeli kucing dalam karung,
setiap investor haruslah mengetahui apa yang dia beli, dan membeli apa
yang dia ketahui. Seringkali, saham yang dibeli seorang investor
bukannya untung, tapi malah memberikan kerugian yang tidak sedikit,
karena kurangnya pengetahuan investor tersebut akan apa yang dibelinya,
karena itu Lo Kheng Hong pun mengungkapkan:
“Tuhan itu maha
pengampun, tapi bursa saham tidak mengenal belas kasihan. Bursa saham
tidak akan memberi ampun pada investor yang tidak mengenal apa yang dia
beli”
Lo Kheng Hong memiliki beberapa prinsip dalam
memilih saham perusahaan terbuka, berikut adalah beberapa Prinsip yang
dianut oleh Lo Kheng Hong:
#1 Perusahaan Harus Dikelola Manajemen yang Baik
Investor harus melihat manajemennya apakah dikelola orang yang jujur,
profesional, berintegritas, dan dikagumi. Lo Kheng Hong memberi analogi
bahwa melihat manajemen perusahaan haruslah seperti memilih orang
pemerintahan, direksi dan komisarisnya harus bersih dan tidak boleh
korupsi. Jika suatu perusahaan dikelola oleh manajemen yang korup, maka
uang investor bisa habis tak bersisa dipakai untuk kepentingan
pribadinya tanpa memikirkan kemajuan perusahaan.
#2 Perhatikan Prospek Perusahaan ke Depan
Investor harus memperhatikan usaha perusahaannya, seperti apa
prospeknya? Akankah perusahaan ini bisa mempertahankan kinerjanya di
masa depan? Untuk melihatnya, investor dapat melihat kembali ke kinerja
masa lalu perusahaan hingga 10 tahun ke belakang.
#3 Cari Perusahaan yang Labanya Besar Melalui Rasio NPM dan ROE
NPM adalah
Net Profit Margin, yaitu rasio Keuntungan bersih yang didapat dibandingkan dengan total penjualannya. Sementara ROE adalah
Return to Equity,
yang berarti rasio keuntungan bersih dibandingkan dengan kekayaan
bersih perusahaan. Bagaimana cara melihatnya dan menghitung kedua rasio
tersebut? Mari ambil contoh laporan keuangan berikut.
Disclaimer: Laporan Keuangan disajikan hanya sebagai sarana edukasi. Finansialku tidak berafiliasi dengan pihak mana pun.
Di atas berikut adalah contoh Laporan keuangan dari PT. Telekomunikasi
Indonesia (Persero) tbk. yang juga dikenal sebaga Telkom per akhir tahun
2016. Dari laporan tersebut diketahui:
- Revenue / Total Penjualan sebesar Rp116,33 Triliun
- Net Profit sebesar Rp29,71 Triliun
- Total Aset sebesar Rp179,61 Triliun
- Total Ekuitas / Kekayaan Bersih sebesar Rp 105,54 Triliun
Net Profit / Revenue = Net Profit Margin (NPM)
Rp29,17 / Rp116,33 = 25,07%
Dari
perhitungan di atas, di dapat NPM dari PT Telkom sebesar 25,07%.
Semakin tinggi NPM suatu perusahaan maka semakin efisien manajemen
perusahaan tersebut dalam mengelola keuntungannya.
Net Profit / Total Ekuitas = Return On Equity (ROE)
Rp29,17 / Rp105,54 = 27,64%
Dari
perhitungan di atas, di dapat ROE dari PT Telkom sebesar 27,64%.
Ekuitas melambangkan kekayaan bersih sebuah perusahaan. Nilai Ekuitas
merupakan jumlah Aset dikurangi oleh Liabilitas (Kewajiban). Semakin
besar keuntungan suatu perusahaan dibandingkan dengan kekayaan
bersihnya, maka semakin baik perusahaan itu untuk diinvestasikan.
#4 Pilih Perusahaan yang Labanya Terus Bertumbuh
Lo Kheng Hong juga menyarankan untuk memilih perusahaan yang memiliki
pertumbuhan profit yang positif dari tahun ke tahun. Bila labanya terus
bertumbuh, artinya perusahaan tersebut memiliki prospek dan daya saing
di masa depan. Melengkapi poin sebelumnya, Lo Kheng Hong pun menegaskan:
“Kalau kita memiliki perusahaan yang untung besar dan labanya bertumbuh, kita seperti memiliki mesin pencetak uang”
#5 Cermati Valuasi PER dan PBV
Sebelum membahas mengenai PER dan PBV, ada baiknya kita ketahui EPS dan BV terlebih dahulu. EPS adalah
Earning Per Share, yaitu jumlah Net Profit dibagi total lembar sahamnya. Sedangkan BV adalah
Book Value, yaitu kekayaan bersih perusahaan (Ekuitas) dibagi total lembar sahamnya.
Diketahui PT. Telkom memiliki 100.799.996.400 lembar saham, maka perhitungan EPS dan BV-nya:
Net Profit / Jumlah Lembar Saham = Earning Per Share (EPS)
Rp29.172.000.000.000 / 100.799.996.400 lembar = Rp289,4 / lembar
Total Ekuitas / Jumlah Lembar Saham = Book Value per Share (BV)
Rp105.544.000.000.000 / 100.799.996.400 lembar = Rp1047,06 / lembar
Sehingga nilai EPS dari PT. Telkom sebesar Rp289,4 per lembar saham, dan nilai Book Value-nya sebesar Rp1047,06 per lembar saham
Berikutnya baru mari kita bahas mengenai PER dan PBV. PER adalah
Price Earning Ratio, yaitu rasio harga saham dibandingkan dengan Net Profit per lembar sahamnya (EPS). Sementara PBV adalah
Price to Book Value, yaitu rasio harga saham dibandingkan kekayaan bersih per lembar sahamnya.
Diketahui harga saham PT. Telkom pada penutupan akhir tahun 2016 adalah
sebesar Rp4.130 per lembar saham. Maka berikut perhitungan PER dan
PBV-nya:
Harga Saham / Earning Per Share = Price Earning Ratio (PER)
Rp4.130 / Rp289,4 = 14,27x
Harga Saham / Book Value Per Share = Price to Book Value (PBV)
Rp4.130 / Rp1047,06 = 3,95x
Sehingga valuasi PER dari PT. Telkom sebesar 14,27x, dan valuasai PBV-nya sebesar 3,95x.
Perusahaan yang memiliki rasio PER semakin rendah, dianggap semakin
bagus. Lo Kheng Hong sendiri menyarankan untuk membeli saham yang
memiliki rasio PER sebesar 5x atau ke bawah. Secara umum, saham yang
rasio PERnya sebesar 10x sudah dianggap murah. Sementara dari valuasi
PBV, yang dianggap murah adalah yang PBV-nya kurang dari 1x. Bila rasio
PBV lebih dari 1x, maka sahamnya dihargai lebih tinggi dari kekayaan
bersihnya.
Untuk melihat suatu perusahaan murah atau mahal secara valuasinya,
investor dapat membandingkan dengan kompetitornya. Belilah saham yang
valuasinya masih murah (PER / PBV di bawah rata-rata sektor). Kesempatan
emas untuk membeli saham bagus yang murah pun biasanya juga datang di
tengah kondisi krisis.
Prestasi Kesuksesan Lo Kheng Hong
Di antara banyak kisah sukses berinvestasinya ada 2 saham yang tercatat
memberinya keuntungan dalam jumlah yang fantastis, yaitu UNTR dan MBAI.
Namun selain kedua saham itu, Lo Kheng Hong juga mempunyai banyak
portofolio investasi yang juga mencetak keuntungan yang fantastis.
UNTR: Peluang Emas dari Krisis Finansial
Pada tahun 1998 terjadi krisis Finansial. Saat itu, nilai rupiah terjun
bebas dari Rp2.300 per dolar AS (Oktober 1997) menjadi Rp15.000 per
dolar AS (1998), menyulut inflasi hingga 78% dan banyak pengusaha yang
terpuruk. Begitu pula dengan IHSG yang juga jatuh dari 740 (8 Juli 1997)
menjadi 274 (29 Juli 1998), membuat investor saham kehilangan sekitar
63% dari nilai sahamnya.
Lo Kheng Hong pun pernah dikabarkan rugi besar dalam krisis finansial
ini hingga asetnya tinggal sebesar 15% saja (rugi 85%). Pada waktu itu
pun dia baru memutuskan berhenti bekerja dan fokus pada investasi saham
di tahun 1996, sehingga boleh dikatakan dia tidak memiliki penghasilan
apapun. Namun dia tetap membeli saham meski telah mengalami kerugian
besar, karena di sinilah krisis finansial menawarkan peluang baginya
untuk bangkit.
Saat itu banyak perusahaan terbuka yang harganya jatuh secara drastis.
Sebagian besar saham harganya sudah tinggal puluhan rupiah. Namun
berkebalikan dengan mayoritas investor yang panik, Lo Kheng Hong justru
mencari saham bagus. Di antara saham-saham yang dibuang itu pun,
terdapat saham bagus PT United Tractor Tbk (UNTR). UNTR adalah
distributor utama alat-alat berat merek Komatsu di Indonesia.
Lo Kheng Hong membeli saham UNTR pada 1998 dengan seluruh modalnya, saat
harganya Rp250 per saham sebanyak 6 juta lembar saham, yang berarti
Modalnya saat itu sebesar Rp1,5 miliar seluruhnya diletakkan di saham
UNTR saja. Dia menjualnya sekitar enam hingga delapan tahun kemudian
pada harga rata-rata sebesar Rp15.000, dan menikmati keuntungan 5.900%.
Dia memperoleh sebesar Rp90 miliar dari penjualan saham tersebut.
Bagaimana Lo Kheng Hong menemukan UNTR? Apakah karena sekadar faktor
keberuntungan, atau hasil dari sebuah analisis fundamental yang cerdas?
Lo Kheng Hong pun juga menjelaskan alasannya membeli UNTR.
Total aset UNTR pada akhir 1998 adalah Rp3,8 triliun dengan jumlah saham
beredar sebanyak 138 juta. Pada harga pasar Rp250 per saham, total
kapitalisasi pasar UNTR hanya sebesar Rp34,5 miliar saja. Padahal selama
1998, pendapatan UNTR mencapai Rp3,6 triliun, dan laba usahanya adalah
Rp1 triliun. Namun, akibat naiknya USD, UNTR menderita kerugian kurs
Rp1,7 triliun. Ditambah beban bunga Rp0,4 triliun, maka UNTR menderita
kerugian sebelum pajak Rp1,1 triliun.
Bagi Lo Kheng Hong, UNTR adalah perusahaan bagus karena secara
operasional perusahaan ini masih membukukan laba yang sangat besar.
Kalaupun ada kerugian, ini akibat kenaikan drastis nilai USD yang
terjadi tidak setiap tahun. Jika kondisi ekonomi pulih, pasti harga
saham UNTR akan meroket.
MBAI: Keuntungan Super dari Bisnis yang Sederhana
Mungkin bagi sebagian orang masih berpikir bahwa keuntungan Lo Kheng
Hong pada saham UNTR hanyalah keberuntungan belaka, namun apakah benar
demikian? Nyatanya, dia berhasil mengulangi kesuksesannya di saham lain.
Hal ini terjadi ketika dia membeli Saham PT Multibreeder Adirama
Indonesia Tbk (MBAI).
Pada kesempatan kali ini, Lo Kheng Hong membeli saham MBAI pada tahun
2005 saat harganya Rp250 per saham sebanyak 6,2 juta lembar saham, yaitu
sekitar 8,28% dari total kepemilikan, yang berarti modalnya saat itu
sebesar Rp1,55 miliar. Dia menjualnya sekitar tahun 2011 pada harga
rata-rata sebesar Rp31.500, dan menikmati keuntungan 12.500%. Dia
memperoleh sebesar Rp195,8 miliar dari penjualan saham tersebut.
Kepemilikan Lo Kheng Hong pun tercatat dalam laporan keuangan MBAI.
PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk, merupakan perusahaan ternak ayam
terbesar kedua di Indonesia (sekarang sudah merger dengan Japfa
Comfeed). Jumlah saham MBAI yang beredar di 2006 mencapai 75 juta
lembar. Jadi, nilai perusahaannya adalah Rp250 dikali 75 juta lembar,
yaitu Rp18,75 miliar. Padahal laba yang dihasilkan MBAI sebesar Rp106
miliar.
Lo Kheng Hong berkata bahwa bisnis pakan ternak yang dipunyai MBAI ini
sederhana dan tidak rumit. Namun justru kesederhanaan bisnis ini yang
akhirnya bisa mengantarkan perusahaan yang bergerak dalam subsektor
pakan ternak bisa meraup pertumbuhan laba tiap tahunnya. berikut laporan
keuangannya.
Tidak banyak investor yang mengetahui hal ini, sehingga tidak banyak
yang beli, akibatnya harga MBAI terlalu murah. Perlahan tapi pasti,
pasar pun mulai sadar akan nilai sebenarnya saham ini dan mulai
mengereknya naik. Hasilnya, setelah Lo Kheng Hong menyimpannya selama 6
tahun, harganya naik menjadi Rp31.500 dan dia menjualnya di tahun 2011
serta memperoleh keuntungan sebesar 12.500%.
Kuncinya, dia memiliki kompetensi untuk menganalisis fundamental
perusahaan serta berani mengambil risiko dengan membeli saham UNTR saat
investor lain panik menjual saham mereka. Saat membeli saham MBAI pun,
karena likuiditasnya yang minimum, banyak investor yang menghindarinya,
namun dia berani membelinya.
Prestasi Portofolio Saham Lainnya
Berikut prestasi-prestasi saham yang dimiliki oleh Lo Kheng Hong selama berinvestasi saham.
Disclaimer: Penyebutan merk / kode saham hanya sebagai sarana edukasi, bukan untuk rekomendasi saham atau sejenisnya.
Investor yang Bebas Finansial
Setelah sukses berinvestasi saham, Lo Kheng Hong menikmati hidupnya
setiap hari. Dia duduk di taman rumahnya dan melakukan 3 hal, yaitu RTI:
Reading, Thinking, dan Investing. Dia membaca 4 koran yang datang ke
rumah setiap hari, laporan keuangan perusahaan dan data statistik pasar
modal. Dia menggunakan sedikit uang dari investasi di Bursa Efek
Indonesia untuk berkeliling dunia di 5 benua. Setidaknya 2 kali dalam
setahun dia bepergian ke luar negeri.
Dalam menggambarkan hidupnya sekarang, Lo Kheng Hong menyebut dirinya
sebagai orang yang bebas. Ada 5 hal yang tidak dipunyainya, namun dia
tidak perlu iri karenanya. 5 hal tersebut adalah:
- Kantor, dia sudah tidak perlu datang ke kantor untuk bekerja dan mendapatkan uang.
- Pelanggan, dia sudah tidak perlu mencari pelanggan untuk mendapat komisi atas apapun.
- Karyawan, dia tidak perlu mencari karyawan karena bahkan tidak punya
kantor. Lo Kheng Hong mengatakan bahwa dia hanya mempunyai seorang
supir dan dua pembantu rumah tangga.
- Bos (Atasan). Karena tidak bekerja, dia juga tidak punya Bos.
- Utang. Seluruh aset yang dia masukkan pada portofolionya sama sekali bebas dari utang.
Sebagai seorang sleeping shareholder, Lo Kheng Hong mempunyai waktu
luang yang banyak sekali. Dia dapat bekerja di taman dari jam 6 pagi
hingga jam 12 malam untuk berinvestasi. Dia pun berkelakar, bahwa
seluruh jajaran manajemen bekerja, beserta karyawan-karyawannya, digaji
per bulan, namun yang berhak mendapat keuntungannya adalah dirinya yang
merupakan Sleeping Shareholder.
Kini Lo Kheng Hong terus berusaha membagikan ilmunya dalam rangka
menumbuhkan kesadaran banyak orang untuk berinvestasi. Dia seringkali
berbagi dengan anak-anak, saudara, teman dan juga para mahasiswa dengan
memberi kuliah umum di berbagai universitas, serta kepada para
profesional di berbagai perusahaan publik tentang manfaat berinvestasi
di bursa saham.
Sukses Berinvestasi Saham
Cukup berbeda dengan Investor pada umumnya, Lo Kheng Hong termasuk
investor yang sangat berani untuk berinvestasi, bahkan untuk membeli
perusahaan yang merugi sekalipun. Syarat utama yang dipegang olehnya
adalah bahwa manajemen perusahaannya harus bagus. Dengan memiliki
perusahaan yang luar biasa, tinggal waktulah yang akan menjawabnya.
Bagi Anda yang ingin mengikuti kesuksesan Lo Kheng Hong dalam
berinvestasi saham, dia pun menyarankan agar Anda banyak membaca dan
mempelajari buku-buku saham dan strategi investasi. Anda pun disarankan
banyak membaca laporan keuangan dan berita ekonomi baik makro maupun
mikro secara berkala. Dan setelah Anda membeli saham yang perusahaan
yang hebat, tinggal bersabar hingga harga sahamnya naik. Berikut kata Lo
Kheng Hong mengenai kepasifan investor dalam berinvestasi:
“Ada saatnya
ketika tidak mengerjakan apa pun merupakan suatu bentuk kecerdasan
investasi. Ketidakaktifan adalah perilaku yang cerdas. Investor yang
bijak dapat menghasilkan uang ketika dia tidur. Tidur adalah jalan untuk
meraih kekayaan. Tidak bertindak adalah suatu tindakan yang bagus jika
kita sudah memiliki saham perusahaan yang hebat.”